Wednesday, April 23, 2014

Manajemen sumber daya manusia


Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagian atau unit yang biasanya mengurusi sdm adalah departemen sumber daya manusia atau dalam bahasa inggris disebut HRD atau human resource department.

Menurut A.F. Stoner manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya


Untuk bahan PPT nya silakan di download di sini (Khusus MM 63-A)
Download

Manajemen Operasional

Manajemen Operasional

Operasi adalah suatu aktivitas dalam mentransformasikan input – input menjadi output – output yang dapat menambah nilai pada barang atau jasa.

Render dan Heizer (2005 : 2)mendefinisikan Manajemen Operasional adalah Serangkaian kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui perubahan dari masukan dan keluaran. 
untuk bahan nya silakan di download di sini (Khusus MM-63 A)
Download

Thursday, April 03, 2014

TUGAS KOMUNIKASI ORGANISASI

   
1.      komunikasi adalah tool planning dlm mmbangun karakter orgnisasi dalam beberapa kasus, sering sekali tidak disadari bahwa komunikasi merupakan tolak ukur kemajuan orgnisasi. jelaskan dan beri contoh dimana komunikasi organisasi yg buruk(kurang baik) ?


Dalam kegiatan komunikasi masalah utamanya ialah mempertahankan pendapat dari komunikator dengan khlayak melalui penyampaian pesan. Pesan inilah yang kemudian direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu mencapai khalayak dan menghasilkan kesamaan pendapat atau pengertian antara komunikator dengan khalayak.

Keadaan ini menimbulkan suatu kesadaran bahwa komunikasi dan informasi merupakan suatu yang perlu dan dapat dikelola sebagai barang komoditi. Barang-barang itu dapat diproduksi, didistribusikan dan dipasarkan  sebagai barang komoditi lainnya. Komunikasi dan informasi merupakan suatu model yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pencapaian tujuan masyarakat.
Contoh  komunikasi yang buruk dapat di gambarkan melalui serangkaian akibat berikut :
1)      tidak samanya cara pandang antara anggota organisasi, sehingga menimbulkan sikap yang berbeda dalam menghadapi masalah yang sama.
 
2)      pimpinan yang jarang berkomunikasi dengan bawahan akan mengakibatkan tidak tersampaikannya gagasan pimpinan kepada bawahan secara baik, sehingga terjadi kesalah fahaman dalam memahami keputusan pimpinan.
 
3)      Apabila pimpinan tidak pernah bertanya secara langsung (diluar rapat) kepada bawahannya mengenai kendala dan kondisi di lapangan akan mengakibatkan pengambilan keputusann yang kurang tepat.


1.      ada brapa point penteng dalam mngembangkan kemampuan orgnisasi untk maju, salah satu@ adalah konsep P.D.C.A(plan, do, check,action). jelaskan dan berikan contoh !

A.    Plan: merencanakan, membuat strategi dan program2 secara tertulis untuk mencapai tujuan tsb.
planning ( perencanaan ) merupakan suatu kegiatan yang mutlak perlu dilakukan, baik oleh peribadi, kelompok maupun lembaga atau organisasi. Perencanaan juga pada hakekatnya adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terus menerus serta diorganisasikan untuk memilih yang terbaik dari berbagai alternatif yang ada bagi pencapaian tujuan tertentu. Karenanya sebuah perencanaan harus dilakukan jauh sebelum kegiatan dilaksanakan, khususnya bagi sebuah lembaga atau organisasi. Untuk itu sebuah perencanaan, apalagi tentang perencanaan komunikasi suatu organisasi akan memiliki peran strategis dalam mencapai tujuan komunikasi bila melakukan tahapan-tahapan berikut ; memahami hakekat perencanaan komunikasi, pendekatan perencanaan, dan langkah-langkah kegiatan komunikasi. Bila melakukan beberap tahapan tersebut tujuan dari komunikasi yang dibangun akan bisa dicapai dengan efektif dan efesien.
Perencanaan merupakan suatu proses yang kontinu yang meliputi rencana dan pelaksanaan, yang kontinu tersebut perlu terdapat unsur-unsur  :
 a). Mempunyai ciri-ciri yang berorientasi kepada pelaksanaan di masa mendatang.
 b). Proses yang kontinuitas dan fleksibilitas.
c). Mengusahakan perencanaan dapat seoperasional mungkin dalam mencapai tujuan.
d). Adanya sistem pelaporan dan evaluasi dalam proses perencanaan.
Contohnya seperti merencanakan hidup,  mulailah dari cita-cita: sebuah sekolah A ingin meraih nilai nem terbaik dalam UN tahun ini,maka sekolah tersebut melakukan PDCA,
1) Plan: merencanakan, membuat strategi dan program2 secara tertulis untuk mencapai
tujuan tsb,
2) Do: laksanakan, tahap eksekusi program yg tlh dicanangkan,
3) check: evaluasi program yang telah dilaksanakan, mencari plus minusnya, yg plus dijadikan program tetap, yg minus diperbaikai;
4) action: menghadapi UN dengan semaksimal mungkin, ikhtiyar terakhir dan yang paling menentukan, tawakkal.








Kalau mencermati perencanaan komunikasi banyak masalah yang akan diperoleh karena menyangkut hampir seluruh aspek dalam kebijaksanaan dan pembangunan di suatu negara atau institusi. Hal ini berkaitan dengan masalah komunikasi itu sendiri, yang meliputi (who) siapa yang merencanakan, (what) apa yang direncanakan, lewat media apa (chanel) perencanaan itu dikomunikasikan, kepada siapa (whom) rencana itu ditujukan, dan yang terpenting adalah mengapa (why) dan untuk tujuan apa (goal) perencanaan itu dilakukan.

Hal lain yang lebih penting dalam perencanaan komunikasi adalah bagaimana mengetahui kemauan dan kebutuhan khalayak sasaran. Sementara dalam perencanaan komunikasi model yang umum digunakan adalah model top down. Untuk itu para perencana komunikasi harus mulai beralih dari model atau pendekatan top down menjadi pendekatan botton-up.

Lebih jelasnya permasalahan perencanaan komunikasi dapat dibagi menjadi beberapa bagian penting yang di dalamnya termasuk unsur-unsur komunikasi yaitu :
Berkaitan dengan pembuat perencanaan komunikasi yang baik. Keterbatasan itu bisa bersumber pada kemampuan membaca lingkungan yang berakibat pada kesulitan memformulasikan perencanaan komunikasi. Keterbatasan mengumpulkan data dan membacanya berakibat pada lemahnya prediksi.
Yang berkaitan dengan Sumber Daya Manusia pada tingkat pelaksana. Kebanyakan perencanaan yang berkaitan dengan masyarakat bawah atau pedesaan sangat merasakan hal ini. Karena perencanaan itu bertujuan untuk mencari dukungan maka masalah yang tampak adalah siapa yang berperan sebagai komunikator yang handal.
Berkaitan dengan kultur masyarakat. Masalah yang dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia adalah fase transisi, yaitu kombinasi yang masih terdapat antara situasi tradisional dan situasi modern. Susanto (1977:49) menjelaskan bahwa dalam situasi tradisional biasanya hanya sedikit informasi dengan adanya beberapa lembaga tertentu yang menginterpretasikan semua informasi tersebut, sedang dalam masyarakat modern terdapat banyak informasi, akan tetapi daya cernanya ditentukan oleh kemampuan individu. Situasi inilah yang menyukarkan kmunikasi dalam negara berkembang yang masih mengalami kedua alam tersebut.Ciri-ciri masyarakat seperti yang diuraikan Hegen juga sangat menghambat perencanaan komunikasi yaitu ; sikap perentalisme dan akibatnya sikap otoriter pada orang tua ; sikap meragukan diri ; mudah adanya frustasi ; sikap menolak perubahan ; dan adanya perbedaan sosial yang menyolok antar lapisan.
Berkaitan dengan politik. Bila dianalogikan komunikasi adalah darah yang mengalir ke seluruh sistem politik sehingga memungkinkan sistem politik berjalan dengan baik. Pada masa orde baru aspek politik menjadi beban tersendiri bagi perencana komunikasi. Di satu pihak berupaya untuk memperdaykan rakyat, sedang di pihak lain harus menyesuaikan diri dengan kepentingan elite politik yang memerintah.
2.ada brapa point penteng dalam mngembangkan kemampuan orgnisasi untk maju, salah satu@ adalah konsep P.D.C.A(plan, do, check,action). jelaskan dan berikan contoh !
planning ( perencanaan ) merupakan suatu kegiatan yang mutlak perlu dilakukan, baik oleh peribadi, kelompok maupun lembaga atau organisasi. Perencanaan juga pada hakekatnya adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terus menerus serta diorganisasikan untuk memilih yang terbaik dari berbagai alternatif yang ada bagi pencapaian tujuan tertentu. Karenanya sebuah perencanaan harus dilakukan jauh sebelum kegiatan dilaksanakan, khususnya bagi sebuah lembaga atau organisasi.
Untuk itu sebuah perencanaan, apalagi tentang perencanaan komunikasi suatu organisasi akan memiliki peran strategis dalam mencapai tujuan komunikasi bila melakukan tahapan-tahapan berikut ; memahami hakekat perencanaan komunikasi, pendekatan perencanaan, dan langkah-langkah kegiatan komunikasi. Bila melakukan beberapa tahapan tersebut tujuan dari komunikasi yang dibangun akan bisa dicapai dengan efektif dan efesien.
Perencanaan merupakan suatu proses yang kontinu yang meliputi rencana dan pelaksanaan, yang kontinu tersebut perlu terdapat unsur-unsur  : a). Mempunyai ciri-ciri yang berorientasi kepada pelaksanaan di masa mendatang. b). Proses yang kontinuitas dan fleksibilitas. c). Mengusahakan perencanaan dapat seoperasional mungkin dalam mencapai tujuan. d). Adanya sistem pelaporan dan evaluasi dalam proses perencanaan.

Perencanaan dalam suatu kegiatan adalah sangat penting, karena perencanaan akan memberi efek baik pada pelaksanaan maupun pengawasan. Suatu perencanaan merupakan langkah pertama dalam usaha mencapai suatu kegiatan. Para ahli memberikan definisi perencanaan satu sama lain berbeda namun mereka dapat menyetujui bahwa perencanaan pada hakekatnya adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terus menerus serta diorganisasikan untuk memilih yang terbaik dari berbagai alternatif yang ada bagi pencapaian tujuan tertentu .


Planning (perencanaan) adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan . Perencanaan diartikan sebagai usaha sadar untuk memikirkan alternatif-alternatif yang mungkin dapat dicapai pada masa depan, menguji alternatif tersebut dan memilih alternatif yang dikehendaki agar dapat ditentukan pula bagaimana mencapainya . Perencanaan suatu proses yang menetapkan lebih dahulu kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan, prosedur dan metode pelaksanaan untuk mencapai tujuan organisasi atau bagian dari organisasi selama periode waktu tertentu

PERBANDINGAN PANDANGAN TENTANG BANK ISLAM DARI 3 REFERENSI

Bagaimana pandangan anda tentang bank islam serta bandingkan dengan 3 referensi yang ada atau lainya ?
Jawabannya :
Secara umum bank islam adalah ( islamic bank ) adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikn dengan prinsip syariat islam, kemudian fungsi bank syariat secara garis besar tidak berbeda dengan bank konvensional yakni sebaga lembaga intermidiasi yang mengarahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhhkan nya dalam bentuk fasilitas pembiayaan.

Disamping itu dilibatkannya hukum islam dan pembebasan transaksi dari mekanisme bunga ( interest free) posisi uniknya lain dari bank syariah dibandingkan dengan bank konvensional diperbolehkannya bank syariah melakukan kegiatan –kegiatan usaha yang bersifat multi finance dan perdagangan ( trading ) hal ini berkenaan dengan sifat dasar trnsaksi bank syariah yang merupakan investasi dan jual beli serta serta sangat beragamnya pelaksanaan pembiayaan yang dapat dilakukan bank syariah , seperti pembiayaan dengan rinsip murabahah( jual beli ) ijarah ( sewa ) atau ijarah wa iqtina ( sewa beli ) dan lain-lain.

Menurut karnaen a perwataatmadja , m dawam rahardjo , am saefuddin, dan m amien azis, gagasan perbankan islam dipraktekkan dalam skala yang relatif terbentuk diantaranya di bandung ( bait at –tamwi salman itb) dan dijakarta ( koperasi ridho gusti ) ,m dawam rahardjo mengatakn bank syariat islam sebagai konsep alternatif untuk menghindari larangan riba, sekaligus berusaha menjawab tantangan bagi kebutuhan pembiayaan pengembangan usaha dan ekonomi masyarakat.

Menurut k.h . ahmad dahlan , bank syariah itu membuktikan bahwa islam itu menggerakkan ide sosial ekonomi , ide spirit yang bersumber pada ajaran islam disebut juga modal masyarakat ( social capital ) , peranan cendikiawan yang memiliki kondep yang mengoperasionalkan ajaran agama yaiitu seperti zakat,sadaqah,dan larangan riba dan sebainya.

Pada pasal 6 huruf m undang-undang no 7 tahun 1992 tentang  bank islam atau bank syariah yaitu menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah.
Kesimpulannya : bahwa ‘’ bank ‘’ berdasarkan prinsip bagi hasil merupakan istilah bagi bank islam atau bank syariah baru dapat ditarik dari penjelasan pasal 1 ayat (1) pp no 72 tahun 1992 tentang bank prinsip bagi hasil dalam penjelasan ayat tersebut ditetapkan bahwa yang dimaksud dengan prinsip bagi hasil adalah prinsip muamalah berdasarkan syariat dalam melakukan kegiatan usaha bank.




PENGARUH SOSIAL DALAM PROSES DAKWAH

PENGARUH SOSIAL DALAM PROSES DAKWAH

PENDAHULUAN

Dalam perkembangannya, Iptek acap kali berbenturan atau dibenturkan dengan agama yang berakibat pada kegagalannya dalam misi kemanusian yang dilandasi pada bingkai humanis demokratis dan berkeadilan. Distorsi ini juga dapat dialami oleh profesi pekerjaan sosial sebagai aktivitas kemanusiaan yang abai terhadap nilai-nilai keagamaan di satu sisi dan misi  kemanusiaan oleh agama yang tidak dibingkai oleh keilmuan pada sisi yang lain.
Integrasi antara keduanya dalam praktek pekerjaan sosial merupakan sebuah keharusan sebab pendekatan moderen dan agama dalam praktek pekerjaan sosial merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat terpisahkan.Dalam pembahasan ini, paling tidak ada tiga kesimpulan yang dapat di kemukakan:
Pertama, Ambruknya ideologi raksasa seperti kapitalime yang terbukti dangkal dalam menuntaskan masalah kemanusiaan bahkan melahirkan berbagai patalogi sosial, memberikan peluang sekaligus tantangan bagi pendekatan keagaman dalam wacana keilmuan terutama pekerjaan sosial untuk dapat memberikan jalan alternative terhadap kemajuan peradaban dalam bingkai nilai-nilai universal religius yang humanis, demokratis dan berkeadilan.
Kedua, Konsekwensi pemahaman keagaman yang kaku dan tidak bersifat scientific justru akan memunculkan berbagai stigmatisasi negative terhadap peran penting agama dalam relasi kemanusiaan sesuai mandat pekerjaan sosial. Stigmatisasi tersebut berpandangan bahwa agama adalah dogmatism, rigidity dan gender biasexcessive self-blaming,  Fatalistik dan status quo serta  dianggap tidak peduli dengan urusan kekinian di dunia.
Ketiga, Bahwa baik pendekatan keagamaan maupun moderen yang tidak diintegrasikan, dapat menuai kegagalan dalam praktek pekerjaan sosial. Dengan kata lain, baik Pengetahuan rasionalis (bi-logical) dan spiritual serta pendekatan keagamaan yang tercerai berai dan cenderung saling mengalienas sama-sama berpotensi untuk gagal.

Apa itu  Pekerjaan Sosial               

Pekerjaan sosial adalah profesi kemanusiaan yang telah lahir cukup lama. Sejak kelahirannya sekitar 1800-an.[1] Purifikasi peksos terus berlanjut sejalan dengan tuntutan perubahan dan aspirasi masyarakat. Namun demikian, seperti halnya profesi lain (Guru, Dosen, Dokter), fondasi dan prinsip dasar pekerjaan sosial tidak mengalami perubahan.
Pekerjaan sosial berbeda dengan profesi lain, semisal psikolog, dokter atau psikiater. Dalam praktek kerjanya dia senantiasa harus melibatkan aspek-aspek diluar klien dalam penyelesaian masalahnya. Artinya, bahwa mandat utama pekerja sosial adalah memberikan pelayanan sosial baik kepada individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat yang membutuhkannya  sesuai dengan nilai-nilai, pengetahuan dan ketrampilan professional pekerjaan sosial.
Selain itu, pekerjaan sosial juga merupakan aktivitas professional untuk menolong individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi sosial dan menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuan dimaksud. Sebagai suatu aktivitas professional, pekerjaan sosial dilandasi dengan vondamen utama berupa; kerangka pengetahuan, kerangka keahlian dan kerangka nilai.
Dalam konferensi internasional di Montreal Kanada, juli 2000, IFSW mendefinisikan pekerjaan sosial sebagai Profesi yang mendorong pemecahan masalah dalam kaitannya dengan relasi kemanusiaan. Perubahan sosial, pemberdayaan dan pembebasan manusia, serta perbaikan masyarakat. Menggunakan teori-teori perilaku  manusia dan sistem-sistem sosial. Pekerjaan sosial melakukan intervensi pada titik dimana orang berinteraksi dan keadilan sosial merupakan sangat penting bagi pekerjaan sosial.
Agama dan Pekerjaan Sosial

Bahasan ini sebaiknya diawali dengan pemaparan secara singkat menyangkut pemahaman-pemahaman Agama dan Pekerjaan sosial sehingga kemudian dapat dengan mudah menelisik lebih dalam pada aspek-aspek dimana urgensi integrasi antara pendekatan keagamaan dan pendekatan modern dalam praktek pekerjaan sosial. Agama dalam konteks ini akan  didefinisihkan secara operasional sehingga dapat dipahami lebih membumi sedangkan pendekatan modern pekerjaan sosial akan di artikulasikan kedalam wacana keilmuan modern pekerjaan sosial.

Pemahaman Agama
Suatu definisi yang dapat mewakili secara keseluruhan tentang agama yang begitu banyak ragam dan jenisnya bukanlah mudah bahkan mungkin tidak dapat dilakukan. Namun mendefinisikannya haruslah tetap dilakukan untuk dapat membatasi arah sesuai tujuan pendefinisian dimaksud. Dalam kaitan itu, ada beberapa pendapat yang akan dikemukakan dalam tulisan ini.
Agama bagi Giddens (2005)[2] adalah media pengorganisasian bagi kepercayaan yang tidak sekedar satu arah. Bukan hanya iman dan kekuatan religius yang menyediakan dukungan yang secara takdir dapat dijadikan sandaran: Demikian juga para fungsionaris keagamaan. Yang terpenting adalah bahwa kepercayaan religius biasanya menginjeksikan reliabilitas  ke dalam pengalaman pelbagai peristiwa dan situasi dan dari suatu kerangka
            Agama juga disinonimkan dengan Religion berasal dari kata Latin “religio”, berarti  “tie-up” dalam bahasa Inggris, Religion dapat diartikan “having engaged ‘God’ atau ‘The Sacred Power’.
Secara umum di Indonesia, Agama dipahami sebagai sistem kepercayaan, tingkah laku, nilai, pengalaman dan  yang terinstitusionalisasi, diorientasikan kepada masalah spiritual/ritual yang disalingtukarkan dalam sebuah komunitas dan diwariskan antar generasi dalam tradisi.
Berangkat dari beberapa pemahaman diatas, dapat ditarik beberapa point tentang pengertian agama bahwa agama adalah kodifikasi kepercayaan, praktik ibadat, hukum etika, keanggotaan   denominasi, eksternal dan memasukkan spiritualitas di dalamnya. Penegasan yangingin ditekankan pada pemahaman keagamaan disini adalah bahwa konsekwensi pemahaman keagaman yang kaku dan tidak bersifat scientific justru akan memunculkan berbagai stigmatisasi negative terhadap peran penting agama dalam relasi kemanusiaan sesuai mandat pekerjaan sosial. Stigmatisasi tersebut berpandangan bahwa agama adalah dogmatism, rigidity dan gender biasexcessive self-blaming,  Fatalistik dan status quo serta  dianggap tidak peduli dengan urusan kekinian di dunia.



Urgensi psikologi sosial dalam dakwah

Psikologi sosial merupakan landasan yang memberikan dan mengarahkan psikologi dakwah kepada pembinaan sosialisasi manusia sebagai objek dakwah karena psikologi sosial mempelajari tentang penyesuaian diri manusia yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan sosial.

Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial, sejak lahir ia memerlukan orang lain untuk memenuhi segala kebutuhannya. Masyarakat sebagai objek dakwah atau sasaran dakwah adalah salah satu unsur yang penting dalam sistem dakwah yang lain.

Masyarakat merupakan sasaran dakwah (objek dakwah) tersebut meliputi masyarakat dari berbagai segi: segi sosiologis berupa masyarakat terasing, desa atau kota marginal atau kota besar, segi structural berupa masyarakat pemerintah dan keluarga. Segi sosio structural berupa golongan priyai dan santri. Segi tingkat usia, golongan anak-anak, remaja dan orang tua. Segi okupasional (profesi atau pekerjaan) petani, pedagang dan pegawai dan sebagainya.

Segi sosial-ekonomis berupa orang kaya dan orang miskin, segi jenis kelamin, pria dan wanita segi masyarakat khusus berupa ; tuna susila, tuna wisma, tuna karya, narapidana dan sebagainya.

Masyarakat dalam perkembangannya di pengaruhi oleh berbagai hal diantaranya:

a. Pengaruh Budaya

Secara umum, kebudayaan meliputi segala sesuatu yang dihasilkan dari cipta rasa dan karsa manusia yang bersifat materi (pakaian, Rumah, mobil dan sebagainya) maupun yang bersifat non materil seperti norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan dan lain-lain.

Kebudayaan suatu masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Faktor Geografis : tempat tinggal suatu masyarakat seperti pendesaan, pegunungan, perkotaan dan sebagainya.

2. Faktor Keturunan : masyarakat keturunan adam dan hawa berkembang menjadi miliaran manusia dengan ciri khas yang berbeda

3. pengaruh dari dunia luar : perpindahan bangsa ke bangsa lain mengakibatkan budaya asli luntur dan bercampur.

b. Organisasi Sosial

Organisasi sosial memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia sebagai contoh sebuah organisasi keagamaan yang merupakan sumber nilai, kebiasaan dan kepercayaan dalam lingkup yang lebih besar Negara dapat dikatakan sebagai organisasi sosial dimana ia merupakan sumber dari norma-norma dan nilai bagaimana warganya bersikap dan berperilaku.

Untuk mencapai keberhasilan dalam pengembangan dakwah maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Diperlukan dakwah dan strategi yang jitu, sehingga perubahan yang ada akibat dakwah tidak terjadi secara frontal, tetapi bertahap sesuai bertahap sesuai fitrah manusia.

2. Dakwah islam seharusnya dilakukan dengan menyejukkan, mencari titik persamaan bukan perbedaan, meringankan bukan mempersulit, menggembirakan bukan menakut-nakuti.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial. psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungan dengan situasi situasi sosial.

2. Psikologi sosial merupakan landasan yang memberikan dan mengarahkan psikologi dakwah kepada pembinaan sosialisasi manusia sebagai objek dakwah karena psikologi sosial mempelajari tentang penyesuaian diri manusia yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan sosial.

DAFTAR PUTAKA

Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah (jakarta: Prenada Media, 2003)




[1] Lihat Zasstrow dalam Edi Suharto, Membangun Masyarakatm, Memberdayakan Rakyat; Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Bandung : Revika Aditama, 2005) h

 [2] Lihat Anthoni Giddens, Konsekwensi-Konsekwensi Modernitas, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005)

Terapi Relegius Sebagai Metode Dakwah

PEMBAHASAN
Terapi Relegius Sebagai Metode Dakwah

A.    Pengertian  Terapi Relegius ( Keagamaan )
Terapi Relegius ( Keagamaan ) Yaitu Terapi Yang Diberikan Kembali Mempelajari Dan Mengamalkan Ajaran Agama Islam. Sebagaimana Diketahui Bahwa Dalam Ajaran Islam Mengandung Tuntunan Bagaimana Kehidupan Manusia Bebas Dari Rasa Cemas, Tegang, Depresi, Dan Sebagainya. Dalam Doa-Doa Misalnya, Intinya Adalah Memohon Agar Kehidupan Manusia Diberi Ketenangan , Kesejahteraan, Keselamatan Baik Di Dunia Dan Diakhirat.[1]

B.     Macam-Macam Terapi Sebagai Metode Dakwah Alternatif
1.      Terapi Iman Melalui Al – Quran Dan Haditss
Iman Kepada Allah Swt, Mentauhidkan Dan Beribadah Kepadanya Bukan Hanya Menjadi Factor Penting Untuk Kesehatan Psikis, Namun Juga Menjadi Factor Penting Untuk Terapi Dakwah.Iman Kepada Allah, Mentauhidkan Dan Bertaqarrub Kepadanya Dengan Cara Beribadah, Taat,Dan Berpegang Teguh Pada Ketaqwaan, Mengerjakan Segala Sesuatu Yang Diridhoi Allah Dan Rasulnya Serta Menjauhi Segenaap Larangan Allah Dan Rasulnya Akan Mampu Memberikan Kekuatan Spiritual Dalam Diri Manusia.

 Terapi Dalam Al – Quran Dan Hadits
  
 Terapi Melalui Shalat
Ritual Shalat Memiliki Pengaruh Yang Sangat Luar Biasa Untuk Terapi Rasa Galau Dan Gundah Dalam Diri Manusia. Dengan Mengerjakan Shalat Secara Khusyuk, Yakni Dengan Niat Menghadap Dan Berserah Diri Secara Total Kepada Tuhan, Serta Meninggalkan Semua Kesibukan Maupun Problematika Kehidupan, Maka Seorang Akan Merasa Tenang, Tenteram, Dan Damai. Rasa Gundah Dan Stress Yang Senantiasa Menekan Kehidupannya Akan Sirna. Rasulullah Saw Senantiasa Mengerjakan Shalat Ketika Sedang Di Timpa Masalah Yang Membuat Beliau Merasa Tegang. Sebagaimana Hadist Berikut :
“ Jika Nabi Saw Merasa Gundah Karena Sebuah Perkara, Maka Beliau Akan Menunaikan Shalat “.[2] Kekuatan Dari Terapi Ini Adalah : Menghilangkan Stres, Menyingkirkan Kelemahan, Dan Menyembuhkan Berbagai Penyakit, Menciptakan Rasa Tenang Dan Tentram Jiwa, Dan Menghilangka Perasaan Takut Dan Gelisah. Kekuatan Spiritual Yang Di Munculkan Ritual Shalat Juga Bisa Mempengaruhi Kondisi Jiwa Seseorang.
Kekuatan Tersebut Mampu Membangkitkan Harapan, Memantapkan Niat, Memperkokoh Semangat, Dan Memunculkan Kekuatan Besar Yang Membuatnya Siap Menerima Ilmu Pengetahuan Dan Hikmah, Serta Lebih Memiliki Jiwa Patriotism Yang Begitu Kuat. Ritual Shalat Memiliki Pengaruh Sangat Penting Untuk Terapi Perasaan Berdosa Yang Menyebabkan Rasa Gundah Dan Menjadi Penyebab Utama Penyakit Jiwa.
 Hal Ini Bisa Terjadi Karena Ritual Shalat Bisa Mengampuni Dosa Seseorang, Membersihkan Jiwa Dari Noda – Noda Kesalahan, Dan Menimbulkan Harapan Mendapat Maghfirah Dan Ridha Allah Swt.
   Teraping Melalui Dzikir
Beribadah Kepada Allah Swt Secara Kontinu, Berzikir Kepada – Nya Pada Setiapwaktu,Memohon Ampun, Dan Selalu Memanjatkan Doa, Bisa Mendekatkan Diri Seseorang Kepada Tuhannya. Dia Akan Merasa Berada Dalam Lindungan Dan Penjagaan Allah Sehingga Keyakinannya Untuk Mendapatkan Ampunan Semakin Kuat. Dia Akan Merasa Ridha, Berlapang Dada, Serta Lebih Merasa Tenang Dan Tentram.
  Terapi Melalui Al – Quran
Di Antara Jenis Zikir Yang Paling Utama Adalah Bacaan Ayat-Ayat Suci Al-Qur`An.Sesunggunya Ayat-Ayat Al-Qur`An Memiliki Keutamaan Yang Sangat Besar Untuk Menjernihkan Hati Dan Membersuhkan Jiwa. Allah Swt Berfirman : Dan Kami Turunkan Dari Al-Qur`An Suatu Yang Menjadi Penawar Dan Rahmat Bagi Orang-Orang Yang Beriman Dan Al-Qur`An Itu Tidaklah Menambah Kepada Orang-Orang Zalim Selain Kerugian.(Qs.Al-Isra ; 82).
‘’ Hai Manusia, Sesungguhnya Telah Datang Kepadamu Pelajaran Dari Tuhanmu Dan Penyembuh Bagi Penyakit-Penyakit ( Yang Berada) Dalam Dada Dan Petunjuk Serta Rahmat Bagi-Orang Yang Beriman ( Qs.Yunus; 57)
Pada Kenyataannya,Al-Qur`An Tidak Hanya Menjadi Obat Penyakit Jiwa Maupun Penyakit Mental Saja, Namun Al-Qur`An Juga Bisa Menjadi Obat Untuk Penyakit Fisik.
  Terapi Melalui Ibadah
Menunaikan Ibadah Yang Dibebankan Allah Ta`Aala Kepada Kita Baik Ibadah Tersebut Berupa Shalat,Puasa,Haji,Dan Zakat Sebenarnya Mampu Membersihkan Dan Menjernihkan Jiwa.Semua Rangkaian Ibadah Tersebut Bisa Membuat Hati Berkilau Dan Siap Untuk Menyerap Cahaya,Hidayah,Dan Hikmah Yang Berasal Dari Allah.
Menunaikan Ibadah Bisa Melebur Berbagai Macam Dosa.Menunaikan Ibadah Juga Mampu Membangkitkan Harapan Manusia Untuk Mendapatkan Ampunan Allah. Ibadah Akan Menguatkan Harapannya Meraih Puncak Kesuksesan, Yaitu Masuk Ke Dalam Surge.Dirinya Pun Akan Merasa Aman Dan Tentram.Diriwayatkan Dari Hudzaifah Bin Al Yaman Radhiyallaahu Annu Bahwa Rasulullah Saw Bersabda : ‘’ Fitnah Seseorang Yang Menimpa Keluarga,Harta,Dirinya Sendiri,Anak,Dan Tetangganya Akan Dilebur Oleh Ibadah Puasa,Shalat,Sedekah,Dan Upaya Amar Ma`Ruf Nahi Mungkar.
    Terapi Melalui Puasa
Ibadah Puasa Memiliki Banyak Sekali Faedah.Diantara Faedah Yang Terkandung Dalam Ibadah Puasa Adalah Memperkuat Kehendak Dan Menimbulkan Kekuatan Untuk Menaklukkan Hawa Nafsu.
Allah Berfirman ; Hai Orang-Orang Yang Beriman, Diwajibkan Atas Kamu Berpuasa Sebagaiman Diwajibkan Atas Orang-Orang Sebelum Kamu Agar Kamu Bertaqwa(Qs.Al-Baqarah 183).
     Terapi Melalui Doa
Doa Adalah Zikir Sekaligus Ibadah.Doa Memiliki Keutamaan Dan Pahala Sebagaimana Yang Dimiliki Zikir Dan Ibadah.Diriwayatkan Dari An-Nu`Man Bin Basyir Ra Bahwa Rasulullah Saw Bersabda ; Doa Itu Adalah Ibadah,Kemudian Beliau Membaca Ayat, Dan Tuhanmu Berfirman; ‘’ Berdoalah Kepada Ku , Niscaya Akan Kuperkenankan Bagimu.Sesungguhnya Orang-Orang Yang Menyombongkan Diri Dari Menyembah Ku Akan Masuk Neraka Jahannam Dalam Keadaan Bina Dina( Qs.Ghaafir 40:60.)
Sesungguhnya Formula Doa Bisa Mendatangkan Ketenangan Jiwa, Menyembuhkan Rasa Cemas,Gundah,Dan Gelisah.Karena Orang Yang Memanjatkan Doa Akan Berharap Agar Allah Mengabulkan Permintaannya.

C.    Tujuan Terapi Relegius Sebagai Metode Dakwah
Tujuan Dakwah Merupakan Upaya Pengaktualisasian Pesan – Pesan Dakwah Yang Ingin Dicapai Dari Aktivitas Dakwah Yang Dilakukan Dalam Kehidupan Sehari-Hari Guna Terwujudnya Tujuan Dakwah, Yaitu Membumikan Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Ajaran Agama Islam Demi Terciptanya Sebuah Tatanan Kehidupan Yang Diridhai Oleh Allah swt.
Asmuni Syukir, Membagi Tujuan Dakwah Menjadi Dua Macam,Yaitu Terdiri Dari Tujuan Umum Dan
Tujuan Khusus.
Pertama, Tujuan Umum.
Pada Tujuan Ini, Dakwah Adalah Upaya Mengajak Umat Manusia,Meliputi Orang Mukmin Maupun Orang Kafir Atau Musyrik Kepada Jalan Yang Benar Yang Di Ridhai Allah Swt Agar Hidup Bahagia Dan Sejahtera Di Dunia Maupun Di Akhirat
 Kedua, Tujuan Khusus. Tujuan Khusus Ini Meliputi:
a.       Mengajak Umat Manusia Yang Sudah Memeluk Agama Islam Untukselalu Meningkatkan Taqwanya Kepada Allah Swt.
b.      Membina Mental Agama (Islam) Bagi Kaum Yang Masih Mualaf.
c.       Mengajak Umat Manusia Yang Belum Beriman Agar Beriman Kepadaallah (Memeluk Agama Islam).
d.      Mendidik Dan Mengajar Anak-Anak Agar Tidak Menyimpang Dari Fitrahnya. Merujuk Pada Pendapat Di Atas, Peneliti Berpendapat Bahwa Pada Hakikatnya Tujuan Dakwah Adalah Upaya Untuk Mewujudkan Suatu Tatanan Kehidupan Yang Baldatun Thoyyibatun Warabbun Ghofur,Dengan Berlandaskan Tuntunan Agama Dan Tanpa Mengabaikanketentuan-Ketentuan Hukum, Baik  Yang Tersirat Maupun Yang Tersurat Dalam  Sumber Hukum Agama Islam Secara Menyeluruh.[3]

D.    Manfaat Terapi Relegius Sebegai Metode Dakwah
Yaitu Membantu Dan Memberikan Pendangan Kepada Para Da’i Tentang Pola Dan Tingkah Laku Para Mad’u Dan Hal-Hal Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Tersebut Yang Berkaitan Dengan Aspek Kejiwaan (Psikis) Sehingga Mempermudah Para Da’i Untuk Mengajak Mereka Kepada Apa Yang Dikehendaki Ajaran Islam.
Terapi Agama (Ilmu Jiwa Agama) Meneliti Sejauh Mana Pengaruh Keyakinan Agama Terhadap Sikap Dan Tingkah Laku Seseorang (Berfikir, Bersikap, Dan Bereaksi)Dan Upaya Mengajak Kepada Ajaran Agama Menuju Kepada Kesejahteraan Jiwa Dan Raga Mad’u Dan Da’i.[4]
Kemudian Untuk Membina Manusia Secara Pribadi Dan Kelompok Sehingga Mampu Menjalankan Fungsinya Sebagai Hamba Allah Dan Khalifahnya Untuk Membnagun Dan Memakmurkan Dunia Ini Sesuai Dengan Konsep Yang Ditetapkan Allah SWT. Serta Membentuk Manusia Yang Bertakwa Kepada Allah SWT. Kata`` Takwa`` Dalam Al-Qur`An Mencakup Segala Bentuk Dan
Tingkatan Kebajikan.Ia Merupakan Wasiat Tuhan Kepada Seluruh Makhluk Dengan Berbagai Tingkatan Sejak Nabi Hingga Orang Awam.
Oleh Karena Itu Diperlukan Suatu Program Terapi Relegius Dan Pengembangan Manajemen Bagi Para Da`I Dan Mad`U Yang Berdasarkan Nilai-Nilai Islam Untuk Memciptakan Suatu Perubahan Yang Lebih Baik Dan Efektif Juga Memudahkan Para Da`I Dalam Melakukan Kegiatan Dakwah Dengan Menitik Beratkan Pada Kemampuan Para Mad`U.



[1]Masdar Farid Mas`Udi,Dialog:Kritik Dan Identitas Agama,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,1993),Hlm151-152
Dadang Hawari, Al-Qur`An: Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa,(Yogyakarta:Dana Bhakti Prima Jasa,1995),Hlm. 66-74

[2] Dr. Muhammad Utsman Najati. Psikologi Dalam Tinjauan Hadits Nabi SAW, ( Jakarta : Mustaqim, 2003 ) hlm. 402
[3] Http://Id.Shvoong.Com/Social-Sciences/Sociology/2206323-Tujuan-Dakwah/

 Faizah, S.Ag, M.A. – H. Lalu Muchsin Effendi, Lc., M.A.psikologi dakwah,2010 m.munir,dkk.manajemen dakwah.jakarta,kencana.2006
m,quraish shihab,membumikan al-qur`an: fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan    manusia,[bandung:mizan,1992]


MAKALAH MANAJEMEN KEMASJIDAN

MANAJEMEN KEMASJIDAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat shalat bagi kaum Muslim. Namun, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, maka hakikat masjid adalah tempat untuk melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah swt semata. Oleh karena itu, di dalam Al-quran di tegaskan :
“sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, janganlah kamu menembah seseorang pun di dalamnya selain Allah” ( al-jin:18).
Rasulullah juga bersabda :
“ telah di jadikan untukku ( dan untuk umat ku ) bumi sebagai masjid  dan sarana penyucian diri.”( HR. Bukhari dan Muslim, melalui Jabir bin Abdullah)
Jika dikaitkan dengan bumi  ini, masjid  bukan hanya sekedar tempat sujud dan sarana penyucian. Tetapi masjid juga berarti tempat untuk melakukan segala aktivitas manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah. Masjid merupakan bangunan yang didirikan dengan fungsi utama memfasilitasi pelaksanaan shalat. Di dalam Al-quran, kita dapat hayati ayat yang berkaitan dengan hal ini, di antaranya :
“ janganlah kamu sembahyang dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa ( masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya. Didalamnya adalah orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” ( at taubah: 108)
“ussisa ‘alat takwa” ( didirikan atas takwa) bermakna masjid yang didirikan dengan niat untuk bertakwa dan taat kepada Allah dan Rasulnya, bukan dasar  yang lain
Memakmurkan masjid  merupakan salah satu bentuk taqarrub ( upaya  mendekatkan diri) kepada Allah yang paling utama. Rasulullah saw bersabda,  “barang siapa membangun untuk Allah sebuah masjid, meskipun hanya sebesar sarang burung, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah di surga.” ( HR. Bukhari )
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
  1. apa manajemen kemasjidan itu ?
  2. apa saja ruang lingkup atau cakupan manajemen kemasjidan ?
C.     Tujuan makalah
  1. Agar mengetahui tentang pengertian manajemen dan kemasjidan
  2. Agar mengetahui apa saja ruang lingkup manajemen kemasjidan.
D.    Manfaat Makalah
  1. Agar mengetahui mengenai manajemen kemasjidan
  2. Dengan mempelajari manajemen kemasjidan kita dapat mengetahui bagaimana realita atau masalah masjid saat sekarang ini
  3. Sebagai pengetahuan untuk merubah sistem manajemen masjid untuk kedepan.
BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian
Manajemen kemasjidan berasal dari dua kata, yaitu manajemen dan masjid.[1] Manajemen secara etimologis berasal dari bahasa inggris, management yang artinya ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengolahan.
Sedangkan secara terminologi terdapat banyak defenisi yang di kemukakan oleh para ahli, di antaranya adalah
“ the proses of planning, organizing, leading, and controlling the work of organization members and of using all availabel organization resources to reach stated organizational goals”.
( sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengaturan terhadap para anggota organisasi serta penggunaan seluruh sumber-sumber yang ada secara tepat untuk meraih tujuan organisasi yang telah ditetapkan). [2]
Sedangkan Kata masjid di ulang sebanyak 28 kali di dalam Al-quran. Dari segi bahasa, kata tersebut diambil dari akar kata sajada-sujudun, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat.[3] Masjid sering disebut Baitullah (rumah Allah), yaitu bangunan yang didirikan sebagai sarana mengabdi kepada Allah. Pada waktu hijrah dari Mekah ke Madinah ditemani shahabat beliau, Abu Bakar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati daerah Quba di sana beliau mendirikan Masjid pertama sejak masa kenabiannya, yaitu Masjid Quba (QS 9:108, At Taubah). Setelah di Madinah Rasulullah juga mendirikan Masjid, tempat umat Islam melaksanakan shalat berjama’ah dan melaksanakan aktivitas sosial lainnya.[4]

Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke tanah yang kemudian di namai sujud oleh syariat adalah bentuk lahiriyah yang paling nyata dari makna – makna di atas. Itulah sebabnya mengapa bangunan yang khusus di gunakan untuk melaksanakan shalat dinamakan masjid, yang artinya “ tempat bersujud”.
Jadi manajemen kemasjidan adalah suatu proses mengatur, mengelola masjid dengan baik.
  1. Ruang Lingkup Manajemen Kemasjidan
  1. Eksistensi Masjid
Dewasa ini umat islam terus-menerus mengupayakan pembangunan masjid. Bermunculan masjid-masjid baru diberbagai tempat, disamping renovasi atas masjid- masjid lama. Semangat mengupayakan pembangunan rumah-rumah Allah itu layak dibanggakan.
Pada zaman dahulu, mereka membangun masjid mulai dari pengurus sampai tukangnya adalah para iltizam atau pribadi-pribadi yang memiliki komitmen dengan islam. Kini menemukan dan menghimpun sejumlah manusia bertakwa semacam itu tampaknya merupakan pekerjaan yang sulit. Maka kompromi dengan kondisi dan situasi objektif zaman mesti diambil. Bahwa kemudian kita menyaksikan pengurus masjd yang aktif ke masjid ketika masjid dibangun, itu resiko yang logis saja. Begitu bentuk masjid berdiri, seakan-akan tanggung jawab juga selesai dan hanya sesekali mengunjungi masjid. Semestinya, setelah masjid berdiri, masjidlah yang membangun ummat. Jadi, terdapat hubungan timbal balik yang saling memaknai antara keduanya. Pada mulanya ummat yang membangun masjid, selanjutnya mesjid membangun umat.
Kekurangberdayaan “masjid membina umat” terlihat nyata dimasjid yang tersebar di desa-desa. Beberapa masjid malah Cuma berfungsi untuk shalat jum’at. Kenyataan memprihatinkan itu terjadi antara lain karena :
ü  Masjid sebagai pelengkap, tidak sedikit masjid diadakan sekedar pelengkap dalam suatu lingkungan, misalnya kantor, perusahaan, pasar. Disitu lazim dijumpai masjid atau moshalla kecil dengan peralatan yang ala kadarnya. Mungkin sekedar mengukuhkan legitimasi keislaman dilingkungan itu
ü  Mubaligh terbang, merupakan salah satu masalah dalam manajemen masjid itu, karena jika mubalighnya mengadakang penerbangan maka siapa yang akan mengontrol para jamaahnya.
ü  Mubaligh kurang di kenal, biasanya mubalig ini populer di suatu tempat, namun belum tentu dia dikenal oleh lingkungan di tempat tingggalnya.
  1. Dinamika Masjid
Keadaan masjid mencerminkan keadaan umat islam. Makmur atau sepinya masjid sangat bergantung pada mereka. Apabila mereka rajin beribadah ke masjid maka makmurlah tempat ibadah itu. Tapi apabila mereka enggan dan malas maka sepilah tempat ibadah itu. Dinamika sebuah masjid amat ditentukan oleh faktor objektif umat islam disekitarnya. Umat yang dinamis akan menjadikan masjidnya dinamis. Berbagai aktivitas  dan kreativitas tentu akan berlangsung di masjid. Sepeti :
ü  Suara azan, suara azan yang berkumandang dari masjid setiap waktu shalat akan menggerakkan orang-orang beriman untuk menangguhkan segala kesibukan mereka dan bergegas mendatangi masjid guna melaksanakan kewajiban shalat fardhu. Alunan suara azan dari puncak menara menunjukan bahwa adanya dinamika pada tempat ibadah itu. Dari sebuah masjid yang tidak memperdengarkan suara azan sudah dipastikan bahwa ditempat ibadah itu tidak ada dinamika.
ü  Shalat berjamaah, banyaknya jamaah di dalam masjid untuk melaksanakan ibadah menunjukkan masjid itu ramai dan makmur. Tanpa adanya kegiatan shalat berjamaah shaf-shaf masjid bikan saja sepi akan tetapi juga merubah fungsinya sebagai tempat tempat ibadah. Karena, shalat berjamaah ini harus di jagadan ditegakkan di setiap masjid oleh setiap orang muslim disekitarnya.
ü  Suara ayat-ayat suci, suara ayat-ayat suci Al-quran yang senantiasa terdengar di masjid merupakan salah satu ciri dinamika masjid.

  1. Problematika Masjid
Masjid tidak luput dari berbagai problematika, baik menyangkut pengurus, kegiaatan, maupun yang berkenaan dengan jamaah. Jika problematika ini berlarut-larut maka bisa menghambat kemajuan dan kemakmuran masjid tersebut. Fungsi masjid menjadi tidak berjalan  sebagaimana mestinya, sehingga masjid tidak berbeda dengan bangunan biasa.
ü  Pengurus tertutup, pengurus masjid dipilih oleh jamaah secara demokratis, pengurus dengan corak kepemimpinannya yang tertutup biasanya tidak peduli terhadap aspirasi jamaahnya. Mereka menganggap diri lebih tahu dan bersikap masa bodoh atas usul dan pendapat. Apabila pengurus berwatak seperti ini cukup riskan mengharapkan masjid  yang maju dan makmur sesuai dengan fungsinya.[5]
ü  Jamaah pasif, juga salah satu penghamat kemajuan dan kemakmuran masjid. Pembanguna masjid akan sangat tersendat apabila jamaah enggan turun tangan, berkeberatan mengeluarkan sebagian rezekinya untuk sumbangan masjid. Tanpa dukungan aktif dari jamaah disekitar, tentu saja berlebihan mendambakan hasil yang berarti dari masjid.
ü  Kegiatan kurang, memfungsikan masjid semata-mata sebagai tempat ibadah shalat jum’at otomatis menisbikan inisiatif untuk menggelorakan kegiatan kegiatan lainnya. Masjid hanya ramai sekali seminggu, maka dengan keadaan seperti ini maka masjid akan sangat jauh dari yang namanya kemakmuran.
ü  Tempat wudhu yang kotor, akan membuat citra masjid akan menjadi negatif  bagi masyarakat disekitar.

  1. Mengatasi Problematika masjid
Setiap problematika yang terjadi dalam masjid perlu diatasi sesuai dengan keadaan dan kemampuan pengurus masjid. Ada beberapa cara mengatasinya :
ü  Musyawarah, pengurus masjis perlu melakukan musyawarah. Melalui musyawarah ini diharapkan berbagai maslah dapat di pecahkan dengan baik.
ü  Keterbukaan, menerapkan keterbukaan dalam mengelola masjid sama pentingnya dengan musyawarah. Dengan keterbukaan akan menumbuhkan kepercayaan jamaah terhadap pengurus, melainkan juga akan mendorong terlaksananya kegiatan dengan baik dan hubungan kerja sama yang elok antara pengurus dan jamaah, baik dalam melaksanakan berbagai kegiatan maupun dalam mengatasi berbagai problematika masjid.
ü  Kerja sama, hubungan kerja sama antara pengurus dengan jamaah sangat diperlukan dalam mengatasi berbagai problematika masjid. Tanpa kerja sama, masalah tetap tinggal masalah. Syarat untuk memelihara keterbukaan adalah suasana demokratis dan musyawarah.

  1. Memelihara Citra Masjid
Sebagai baitullah, masjid merupakan tempat suci umat islam. Di tempat inilah umat islam beribadah, mengjadap wajah kepada Allah swt.
Pemeliharaan dan pelestrian citra masjid terpikul sepenuhnya di pundak umat islam. Baik  sebagai pribadi maupun komunitas. Umat islam harus menjaga citra masjid agar tidak buruk dan rusak dalam pandangan dan gangguan pihak luar. Memelihara citra masjid tidak hanya dari segi bagunanny akan tetapi juga menyangkut gairah kegiatannya. Dalam konteks ini, faktor penentunya tak lain dari sumber daya manusia, yakni pengurus dan jamaah. Diantara citra masjid yang harus dijaga adalah :
ü  Akhlak pengurus , setiap pengurus harus memiliki akhlak yang baik dan mulia. Sebagai pribadi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan masjid, kualitas kepemimpinan dan kemampuan managerial saja belum cukup. Pengurus yang berakhlak baik dan mulia tentunya akan bertindak dan berbuat baik dan bermanfaat di masjid, sehingga citra masjid juga menjadi baik.
ü  Akhlak jamaah, tidak hanya pengurus jamaah pun perlu memiliki akhlak yang baik dan mulia. Merupakan kewajiban pengurus untuk senantiasa membina jamaahnya agar memiliki akhlak yang terpuji. Kebaikan dan kemulian akhlak jamaah, secara langsung akan berpengaruh terhadap citra masjid.
ü  Kebersihan masjid, kebersihan masjid harus senantiasa dipelihara oleh pengurus dan jamaah masjid. Masjid yang bersih akan menjadikan suasana ibadah tenang dan khusuk. Tapi apabila masjid dalam keadaan masjid kotor dan berbau tidak sedap, tentu akan mengganggu ketenangan dan kekhusukan ibadah. Masjid yang kotor dan kurang terawat tentu akan merusak citranya sendiri sebagai tempat suci dan tempat ibadah.
ü  Pelaksanaan ibadah, pelaksanaan ibadah di masjid harus dengan aturan yang telah digariskan dalam ajaran islam. Patron acuannya adalah Al-quran dan sunnah Rasulullah. Jika ibadah di selenggarakan benar-benar sesuai tuntutan, pelaksanaannya tidak akan semberawut dan kacau balau. Tetapi apabila prakteknya melenceng dari garis ketentuan, maka pelaksanaan ibadah dimasjid menjadi acak-acakan. Shaf yang lurus dan rapat, dengan imam yang tidak lupa menganjurkan adab shalat berjamaah, maka akan menghasilkan shalat yang tertib dan khusyuk. Jadi. Semua pihak berkewajiban memelihara tata tertib beribadah dalam masjid sesuai dengan tuntunan ajaran islam.[6]
ü  Memperhatikan keindahan dan kenyamanan masjid,  keindahan yang dimaksud tidak identik dengan pameran seni namun lebih sekedar untuk menggambarkan nuansa masjid yang kharismatik dan sesuai dengan nilai dan aturan serta budaya islam yang fundamental.[7]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mengelola masjid pada saat sekarang ini memerlukan ilmu dan keterampilan manajemen, pengurus dan jamaah masjid harus mampu menyesuaikan diri dengan riak perkembangan zaman. Masjid merupakan bangunan yang didirikan dengan fungsi utama untuk memfasilitasi pelaksanaan shalat.
Dengan memakmurkan masjid merupakan salah satu bentuk taqarrub ( upaya mendekatkan diri) kepada Allah swt yang paling utama. Rasulullah bersabda , barang siapa membangun untuk Allah sebuah masjid, meskipun hanya sebesar sarang burung, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah di surga. ( HR. Bukhari )
Yang menjadi ruang lingkup masjid adalah  eksistensi masjid di mata masyarakat, dinamika masjid dalam pembangunan umat islam, problematika masji yang terjadi saat sekarang ini, serta cara memecahkan masalah atau problema yang ada, dan memelihara citra masjid. Agar di masjid menjadi indah dan berguna di mata masyarakat di sekitarnya. Jadi yang menjadi tujuan masjid adalah:
1. Pembinaan pribadi muslim menjadi umat yang benar-benar mukmin.
2. Pembinaan manusia mukmin yang cinta ilmu pengetahuan dan teknologi. Sabda Rasulullah s.a.w : “Tuntutlah ilmu dari ayunan hingga ke liang lahat“.
3. Pembinaan muslimah masjid menjadi mar’atun shalihatun. Sabda Rasulullah s.a.w : “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah awnita yang saleh“.
4. Pembinaan remaja atau pemuda masjid menjadi mukmin yang selalu mendekatkan diri kepada Allah s.w.t
5. Membina umat yang giat bekerja, tekun, rajin dan disiplin yang memiliki sifat sabar, syukur, jihad dan takwa.
6. Membangun masyarakat yang memiliki sifat kasih sayang, masyarakat marhamah, masyarakat bertakwa dan masyarakat yang memupuk rasa persamaan.
7. Membangun masyarakat yang tahu dan melaksanakan kewajiban sebagaimana mestinya, masyarakat yang bersedia mengorbankan tenaga dan pikiran untuk membangun kehidupan yang diridhai Allah s.w.t

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qaradhawi, Yusuf Tuntunan Membangun Masjid, Jakarta: Gema Insani Press. 2000
Budiman Mustafa, Manajemen Kemasjidan cetakan kedua,  Surakarta : Ziyad Visi Media, 2008
M. Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Jakarta : Kencana, 2006
Mohammad E. Ayub, Manajemen Masjid, Jakarta: Gema Insani Press. 1996
http://hilmansyah-manajemen.blogspot.com/2011/01/kumpulan-makalah-manajemen-masjid.html







[1] http://hilmansyah-manajemen.blogspot.com/2011/01/kumpulan-makalah-manajemen-masjid.html
[2] M. Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006) hal 10
[3] Budiman Mustafa, Manajemen Kemasjidan cetakan kedua, ( Surakarta : Ziyad Visi Media, 2008) hlm 20
[5] Al-Qaradhawi, Yusuf Tuntunan Membangun Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press. 2000)

[6] Mohammad E. Ayub, Manajemen Masjid, ( Jakarta : Gema Insani Press. 1996) hal 27
[7] Ibid... hal 53