Managing Public Issues and Stakeholder Relationship
Perusahaan pada
saat ini di tuntut untuk melihat perubahan situasi dan lingkungan yang berubah,
dimana manajemen harus efektif untuk mengantisipasi isu-isu publik dan hubungan
yang positif dengan multipihak yang lebih luas. Apapun isu, baik tentang
perubahan iklim, kelangkaan air, pekerja dibawah umur, kekerasan terhadap
binatang, maupun keamanan konsumen. Pimpinan perusahaan harus dapat merespon
kemungkinan resiko dimasa mendatang. Agar dapat dibangun hubungan lintas organisasi, bekerja dengan berbagai
pihak lain dan memperbaiki serta meresponnya dalam berbagai
persoalan yang muncul. Manajemen yang efektif dalam pengelolaan isu publik dan
hubungan multipihak berkaitan dengan upaya membangun nilai-nilai perusahaan.
Sebuah isu
publik adalah isu yang memiliki kaitan antara organisasi dengan satu atau dua
lintas mitra. Isu publik biasa disebut juga isu sosial atau isu social politik.
Model isu umumnya isu luar, yang dampaknya meliputi beberapa organisasi atau
kelompok dan berkaitan dengan banyak orang. Isu publik yang mendesak memiliki resiko dan peluang. Resiko
muncul dalam kaitan karena perusahaan tidak mengantisipasi resiko atau tidak
merencanakan dengan baik rencana perusahaan yang dapat memperburuk citra
perusahaan dan di lain
pihak antisipasi perbaikan isu mendesak dapat menghasilkan daya saing.
Kemunculan isu publik baru harus
direspon oleh para pelaku bisnis. Perusahaan membutuhkan sebuha cara sistematis
untuk menidentifikasi, memonitor dan menselesksi isu publik yang dapat menjamin
kegiatan perusahaan berkaitan dengan kemungkinan resiko dan peluang saat ini.
Perusahaan jarang yang memiliki kemampuan penuh dalam mengurus soal isu publik
karena banyak faktor yang terlibat di dalamnya. Namun hal itu dapat diatasi
dengan membuat sistem manajemen yang dapat mendeteksi dan memonitor isu yang
mendesak.
Analisis
lingkungan merupakan sebuah metode pimpinan perusahaan menggunakan informasi
luar dan sedang menjadi trend, sehingga pimpinan dapat mengembangkan sebuah
strategi perusahaan yang untuk mengidentifikasi dibutuhkan perhatian dan aksi
berupa kerangka kerja untuk menyerap informasi dari luar (dalam konteks ini,
lingkungan di luar perusahaan), mengurangi gesekan, dan dapat meraih keuntungan
lain yang baru.
Intelijen
Lingkungan adalah pengumpulan informasi yang berasal dari analisis dampak
lingkungan terhadap perusahaan. Pengumpulan dapat dilakukan secara informal
maupun formal melalui proses manajemen. Jika dilakukan dengan benar, dapat
menolong perusahaan mengatasi krisis dan mencari peluang baru. Menurut Karl
Albrecht, pengumpulan infomasi tersebut dapat difokuskan pada delapan, layar
radar stategis yaitu : lingkungan pelanggan, lingkungan pesaing, lingkungan ekonomi,
lingkungan tehnologi, lingkungan sosial, lingkungan politik, lingkungan hukum dan
lingkungan geofisik.
Ketika sebuah perusahaan mengidentifikasi
sebuah isu publik dan menemukan kesejangan antara masyarakat dan praktek
perusahaan, maka perusahaan harus proaktif mengatasi masalah
tersebut. Identifikasi isu mengacu pada antisipasi
urusan mendesak, kadangkala disebut horizon issue, karena muncul secara
tiab-tiba. Kadangkala pimpinan menjadi sadar akan isu karena pemberitaan di media, pandangan ahli, opini aktifis dan
legislatif yang mengidentifikasi berbagai kasus di masyarakat.
Ketika sebuah isu dapat dikenali, maka manajer
harus menganalisis. Perusahaan harus memahami bagaimana isu berkembang
dan bagaimana efeknya bagi perusahaan. Setiap cabang perusahaan memiliki isu
yang berbeda-beda. Sebuah
profil isu menjelaskan kepada para pimpinan, bagaimana pentingnya sebuah isu
bagi organisasi, namun hal tersebut tidak menjelaskan kepada mereka apa yang
harus dilakukan. Langkah selanjutnya dari proses manejemen isu adalah
mengumpulkan, mengevaluasi dan memilih diantaranya yang paling penting. Hal ini
membutuhkan pertimbangan berdasarkan pertimbangan etika, reputasi perusahaan
dan nama baik serta faktor lainnya. Ketika sebuah isu telah dipilih, perusahaan harus mendesain
dan melakasanakan rencana aksi.
Ketika sebuah organisasi telah
mengimplementasikan program manejemen isu, mereka harus menilai dan
mempertimbangkan hal yang dibutuhkan. Pimpinan perusahaan harus melihat
manejemen isu sebuah proses yang terus menerus, sehingga satu persatu
mendapatkan jalan keluar yang jelas. Sekarang ini manajemen isu merupakan sebuah proses interaktif
yang serius, perusahaan yang berpikir panjang harus secara terus menerus
melakukan dialog dengan multipihak tentang isu yang menjadi masalah.
The Coca - Cola
Company ( TCCC ) adalah sebuah perusahaan minuman terbesar di dunia. Mulai tahun 2005 hingga awal 2010-an,
Coca-Cola menghadapi suatu masalah baru sebagai dampak perusahaan terhadap
kualitas air, ketersediaan dan akses di seluruh dunia.. Perusahaan ini
beroperasi di lebih dari 200 negara, menyediakan 1,7 miliar porsi sehari
minuman berkarbonasi, minuman jus, botol air dan kopi siap minum dan teh.
Perusahaan juga bermitra dengan lebih dari 300 perusahaan pembotolan,
perusahaan independen yang memproduksi berbagai produk Coca - Cola di bawah
waralaba . 70% dari pendapatan perusahaan berasal dari luar Amerika Serikat.
Air adalah kebutuhan penting untuk bisnis coca -cola. Perusahaan dan pembotolan
yang digunakan sekitar 82 miliar galon air di seluruh dunia setiap tahun. Dari
jumlah ini, sekitar dua -perlima menjadi minuman jadi dan sisanya digunakan
dalam proses manufaktur, misalnya, untuk mencuci botol, peralatan bersih dan
menyediakan sanitasi bagi karyawan. Persediaan air juga penting untuk produksi
banyak bahan dalam produk-produknya , seperti gula, com, buah jeruk, teh dan
kopi.
Pada tahun 2003,
Coca-Cola tiba-tiba teringat pada dampak penggunaan air dalam masyarakat lokal
ketika Pusat Ilmu Pengetahuan dan Lingkungan, sebuah think tank di India,
menuduh bahwa produk Coca- Cola mengandung tingkat residu pestisida berbahaya.
Aktivis lain di India menuduh bahwa pembotolan perusahaan menggunakan terlalu
banyak air, merampas persediaan air warga lokal untuk minum dan irigasi .
Pejabat lokal menutup pabrik pembotolan Coca - Cola di Negara Bagian Kerala.
Coca - Cola melakukan kajian komprehensif, survei operasi global untuk menilai
praktek pengelolaan air dan dampak. Hal ini juga mencapai Out ke multipihak
lainnya, termasuk World Wildlife Fund, The Nature Conservancy, CARE organisasi
kemanusiaan dan berbagai ahli akademik, untuk mencari nasihat mereka.
Pada tahun 2007,
TCCC mengumumkan tujuan aspirasi netralitas air, "Dengan aman kembali ke
alam dan masyarakat memiliki akses air yang sama dengan apa yang kami gunakan
di semua minuman kami dan produksi mereka, pada tahun 2020". Tujuan ini akan
dicapai dalam tiga cara : mengurangi, mendaur ulang dan mengisi. Perusahaan itu akan mengurangi
penggunaan air dengan menjalankan operasi yang lebih efisien. Sebagai inisiatif
netralitas air, pada tahun 2011,
perusahaan melaporkan bahwa mereka telah mengurangi rasio air (jumlah galon air
yang digunakan per galon produk yang dihasilkan ) sebesar 13 persen dari
tingkat dasar. Diperkirakan bahwa 39
persen dari fasilitas yang menggunakan air daur ulang dan 23 persen dari air
yang digunakan dalam produk jadi telah diisi ulang melalui proyek-proyek air
masyarakat dan perusahaan juga berusaha untuk mengukur manfaat lebih dari 300
kemitraan dengan pemerintah dan organisasi nirlaba di seluruh dunia , mulai
dari membangun fasilitas pengolahan air di Kolombia dan lain-lain.