BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pendinginan umumnya merupakan suatu metode pengawetan yang ringan, pengaruhnya kecil
sekali terhadap mutu bahan pangan secara keseluruhan. Oleh sebab itu
pendinginan seperti di dalam lemari es sangat cocok untuk memperpanjang
kesegaran atau masa simpan sayuran dan buah-buahan. Sayuran dan buah-buahan
tropis tidak tahan terhadap suhu rendah dan ketahanan terhadap suhu rendah ini
berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Sebagai contoh, buah pisang dan tomat tidak
boleh disimpan pada suhu lebih rendah dari 130C karena akan mengalami
chilling injury yaitu kerusakan karena suhu rendah.
Pertumbuhan bakteri di bawah suhu
100C akan semakin lambat dengan semakin rendahnya suhu. Pada saat air dalam
bahan pangan membeku seluruhnya, maka tidak ada lagi pembelahan sel bakteri.
Pada sebagian bahan pangan air tidak membeku sampai suhu –9,50C atau di
bawahnya karena adanya gula, garam, asam dan senyawa terlarut lain yang dapat
menurunkan titik beku air.
Pembekuan
adalah proses penurunan suhu bahan pangan sampai bahan pangan membeku, yaitu
jika suhu pada bagian dalamnya paling tinggi sekitar –180C, meskipun umumnya
produk beku mempunyai suhu lebih rendah dari ini. Pada kondisi suhu beku ini
bahan pangan menjadi awet karena mikroba tidak dapat tumbuh dan enzim tidak
aktif. Sayuran dan buah-buahan umumnya diblansir dahulu untuk menginaktifkan
enzim sebelum dibekukan. Bahan pangan seperti daging dapat disimpan antara 12
sampai 18 bulan, ikan dapat disimpan selama 8 sampai 12 bulan dan buncis dapat
disimpan antara 12 sampai 18 bulan.
Pertumbuhan bakteri di bawah suhu
100C akan semakin lambat dengan semakin rendahnya suhu. Pada saat air dalam
bahan pangan membeku seluruhnya, maka tidak ada lagi pembelahan sel bakteri.
Pada sebagian bahan pangan air tidak membeku sampai suhu –9,50C atau di
bawahnya karena adanya gula, garam.
1.2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan aturan penulisan rumusan masalah sebuah
tindakan tentang pendinginan dan pembekuan, pendinginan dan pembekuan juga menggambarkan sebuah upaya dalam rangka
melakukan aktivitas dalam pertanian yang
akan dilakukan serta hasil yang diharapkan tercapai.
Bertolak dari urean permasalahan diatas, maka pernasalahan
dalam Tugas ini yang berjudul “Pendinginan dan Pembekuan”
1.3.Tujuan
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui segala hal tentang pendinginan dan
pembekuan baik itu pengertian,
macam-macam, bakteri, dan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian pendinginan.
Pendinginan atau refrigerasi ialah
penyimpanan dengan suhu rata-rata yang digunakan masih di atas titik beku
bahan. Kisaran suhu yang digunakan biasanya antara – 1oC sampai -4oC. Pada suhu
tersebut, pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akan terhambat sehingga
perubahan yang terjadi pada produk yang disimpan dapat diminimalisir atau
diperlambat. Pendinginan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap perubahan mutu
bahan pangan secara keseluruhan. Namun pendinginan hanya dapat mengawetkan
bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada jenis
bahan pangannya.
a.
Prinsip
Prinsip pendinginan itu sendiri adalah panas dari bahan
diserap atau diambil dan digantikan oleh udara yang memiliki tekanan yang lebih
rendah dibandingkan tekanan di dalam sel, sehingga panas yang ada dalam bahan
berkurang dan lama-kelamaan akan berubah menjadi dingin mengikuti suhu udara
pendinginan yang digunakan.
b.
Faktor-Faktor
Dalam proses pendinginan ada beberapa faktor yang
berpengaruh pada hasil akhir bahan yang di dinginkan. Faktor – faktor tersebut
antara lain :
1. Jenis dan Varietas Produk
Pendinginan biasanya digunakan untuk jenis bahan yang mudah
mengalami kerusakan dan peka terhadap kondisi lingkungan disekitarnya. Jenis
dan varietas setiap bahan tidak sama dengan tingkat kematangan dan pemanenan
yang berbeda pula sehingga suhu yang digunakan selama pendinginan harus dapat
disesuaikan dengan jenis dan sifat bahan tersebut agar tujuan dari pendinginan
tersebut dapat tercapai.
2. Suhu
Suhu dalam penyimpanan seharusnya dipertahankan agar tidak
terjadi kenaikan dan penurunan. Biasanya dalam penyimpanan dingin, suhu
dipertahankan berkisar antara 1OC sampai dengan 2OC. Suhu pendinginan di bawah
optimum akan menyebabkan pembekuan atau terjadinya chilling injury, sedangkan
suhu di atas optimum akan menyebabkan umur simpan menjadi lebih singkat.
3. Kelembaban Relatif
Untuk kebanyakan komoditi yang mudah rusak, kelembaban
relatif dalam penyimpanan sebaiknya dipertahankan pada kisaran 90 sampai 95%.
Kelembaban di bawah kisaran tersebut akan menyebabkan kehilangan kelembaban
komoditi. Kelembaban yang mendekati 100% kemungkinan akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme lebih cepat dan juga menyebabkan permukaan komoditi pecah-pecah.
4. Kualitas Bahan dan Perlakuan Pendahuluan
Untuk tetap mempertahankan kesegaran bahan maka sebaiknya
sayuran, buah- buahan maupun bunga potong yang akan disimpan terbebas dari luka
atau lecet maupun kerusakan lainnya. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan
kehilangan air. Buah-buah yang telah memar dalam penyimpanannya akan mengalami
susut bobot hingga empat kali lebih besar bila dibandingkan buah- buah yang
utuh dan baik.
5. Jenis Pengemas
Pengemasan merupakan salah satu upaya modified packaging
storage yang dapat membantu mempertahankan mutu dari bahan. Dengan dilakukan
pengemasan maka proses reaksi enzimatis dan chilling injury dapat diminimalisir
sehingga kesegaran produk tetap terjaga.
Ø
Beberapa perubahan yang terjadi
selama proses pendinginan
1.
Perubahan Tekstur
Pada proses pendinginan Sayuran dan buah-buahan tropis
tidak tahan terhadap suhu rendah dan ketahanan terhadap suhu rendah ini
berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Buah pisang tidak boleh disimpan pada suhu
lebih rendah dari 130C karena akan mengalami chilling injury yaitu kerusakan
karena suhu rendah. Buah pisang yang disimpan pada suhu terlalu rendah kulitnya
akan menjadi bernoda hitam atau berubah menjadi coklat dan teksturnya menjadi
lembek karena mengalami dehidrasi (kehilangan air), sedangkan buah terong akan
menjadi lunak karena teksturnya rusak.
2.
Penyusutan Berat
Kehilangan berat pada buah, sayuran maupun bunga potong
selama penyimpanan disebabkan karena hilangnya air pada bahan. Kehilangan air
pada bahan yang disimpan tidak hanya menyebabkan kehilangan berat, tetapi dapat
juga menyebabkan kerusakan yang akhirnya menyebabkan penurunan kualitas.
Penyusutan berat pada bahan yang dikemas jauh lebih sedikit
jika dibandingkan dengan bahan yang tidak dikemas dan tampa perlakuan apapun.
Menurut Fellow (2000) penyusutan berat selama pendinginan dapat disebabkan
karena kelembaban yang ada pada bahan meninggalkan permukaan bahan dan menuju
ke udara disekitarnya melalui proses kondensasi uap air. Sedangkan pada produk
daging penyustan berat dapat disebabkan karena terjadi kerusakan gel protein
dan mengalami proses koagulasi protein, sehingga menurunkan daya ikat protein
terhadap air dan air bebas di dalam daging akan lepas menuju ke udara
disekitarnya yang akan hilang bersama dengan uap air. Kerusakan struktur molekul
akibat pendinginan ini juga dapat menyebabkan penyusutan berat.
Kehilangan air pada bahan dapat dicegah dengan cara
pengaturan suhu dan kelembaban ruang simpan dengan tepat. namun secara umum
buah-buahan dan sayuran serta bunga potong memiliki kandungan air bahan
sejumlah 80 hingga 90 persen. Sebagian besar air tersebut akan menguap selama
penyimpanan. Dalam penyimpanan pada suhu rendah.
3.
Perubahan Warna
Perubahan warna selama pendinginan pada produk sayur dan
buah diakibatkan karena reaksi enzimatis (pencoklatan) dimana terjadi degradasi
pigmen klorofil yang menyebabkan warna kulit berubah menjadi kuning kecoklatan
karena adanya karetenoit dan xantifil yang semula tertutup menjadi terbuka
akibat dari efek suhu pendinginan. Pori-pori buah yang disimpan pada suhu
rendah menjadi lebih terbuka akibat membekunya air dalam jumlah banyak sehingga
mengubah rasa, warna dan kualitas bahan.
Pada produk daging dan ikan yang disimpan pada suhu 0-2 oC
dapat bertahan selama 2-3 hari (daging dikemas). Namun Perubahan ini disebabkan
karena terjadi oksidasi pigmen heme yang merupakan penyusun utama dalam warna
daging. Pigmen mioglobin mengalami proses perubahan menjadi oksiomioglobin yang
bewarna merah kecoklatan.
Perbedaan antara pendinginan dan pembekuan juga ada
hubungannya dengan aktivitas mikroba.
1. Sebagian besar organisme perusak tumbuh cepat pada suhu
di atas 10 oC
2. Beberapa jenis organisme pembentuk racun masih dapat
hidup pada suhu kira-kira 3,3oC
3. Organisme psikrofilik tumbuh lambat pada suhu 4,4 oC sampai
– 9,4 oC
Organisme ini tidak menyebabkan keracunan atau menimbulkan
penyakit pada suhu tersebut, tetapi pada suhu lebih rendah dari – 4,0 oC akan
menyebabkan kerusakan pada makanan.
2.2 Pengertian Pembekuan
Pembekuan atau freezing ialah penyimpanan di bawah titik
beku bahan, jadi bahan disimpan dalam keadaan beku. Pembekuan yang baik dapat
dilakukan pada suhu kira-kira –17 oC atau lebih rendah lagi. Pada suhu ini
pertumbuhan bakteri sama sekali berhenti. Pembekuan yang baik biasanya
dilakukan pada suhu antara – 12 oC sampai – 24 oC. Dengan pembekuan, bahan akan
tahan sampai bebarapa bulan, bahkan kadang-kadang beberapa tahun. Perbedaan
antara pendinginan dan pembekuan juga ada hubungannya dengan aktivitas mikroba.
Pertumbuhan bakteri di bawah suhu 100C akan semakin lambat
dengan semakin rendahnya suhu. Pada saat air dalam bahan pangan membeku
seluruhnya, maka tidak ada lagi pembelahan sel bakteri. Pada sebagian bahan
pangan air tidak membeku sampai suhu –9,50C atau di bawahnya karena adanya
gula, garam, asam dan senyawa terlarut lain yang dapat menurunkan titik beku
air.
Lambatnya pertumbuhan mikroba pada suhu yang lebih rendah
ini menjadi dasar dari proses pendinginan dan pembekuan dalam pengawetan
pangan. Proses pendinginan dan pembekuan tidak mampu membunuh semua mikroba,
sehingga pada saat dicairkan kembali (thawing), sel mikroba yang tahan terhadap
suhu rendah akan mulai aktif kembali dan dapat menimbulkan masalah kebusukan
pada bahan pangan yang bersangkutan.
a.
Prinsip
Prinsip pembekuan adalah panas pada bahan diambil dan
diturunkan hingga mencapai titik dibawah titik beku bahan sehingga segala
mekanisme perubahan pada bahan dapat dihambat dan masa simpan dapat
diperpanjanga. Secara umum mekanisme pembekuan dibagi menjadi 3 tahap. Tahap
pertama panas sensible bahan pangan diambil sehingga suhu menjadi turun sampai
titik beku. Tahap kedua, pada proses pembekuan dilepaskan sejumlah energi panas
sehingga bahan pangan dan air yang terkandung didalamnya membeku. Dan tahap
ketiga setelah terjadi pembekuan energi panas tetap dilepaskan sehingga suhu
menurun sampai suhu tertentu.
b.
Faktor-faktor
1.
Jenis Bahan
Perubahan yang terjadi tergantung dari komposisi makanan
sebelum dibekukan. Konsentrasi padatan terlarut yang meningkat, akan
merendahkan kemampuan pembekuan. Bila dalam larutan mengandung lebih banyak
garam, gula, mineral, dan protein, akan menyebabkan titik beku lebih rendah dan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membeku.
2.
Perlakuan Pendahuluan
Perlakuan pendahuluan bertujuan untuk mencegah penurunan
mutu sebelum produk dibekukan, Pencuncian untuk menghilangkan kotoran dan
mengurangi jumlah mikroba awal, pengemasan, blanshing atau pasteurisasi untuk
menginaktivasi enzim yang ada pada produk dan menurunkan jumlah mikroba awal, pelilinan
maupun pencelupan ke dalam larutan asam askorbat untuk mempertahankan tekstur.
3.
Suhu
Suhu pembekuan disesuaikan dengan jenis komoditi yang akan
dibekukan. Pada suhu kurang dari 0 oC , air akan membeku kemudian terpisah dari
larutan dan membentuk es. Jika kristal es yang terbentuk besar dan tajam akan
merusak tekstur dan sifat pangan.
4.
Waktu
Pembekuan dengan waktu singkat/cepat akan menghasilkan
kristal es berukuran kecil sehingga akan meminimalkan kerusakan tekstur bahan
yang dibekukan. Selain itu, proses pembekuan cepat juga menyebabkan terjadinya
kejutan dingin (freeze shock) pada mikroorganisme. Sedangkan pembekuan dalam
waktu yang lama akan menghasilkan kristal yang besar dan tajam sehingga dapat
merusak dan merobek jaringan buah yang dibekukan.
5.
Metode pembekuan
Metode yang digunakan pada pembekuan seperti cooled air
freezer, cooled liguid freezer, cooled surface freezer, cryogenik akan
memberikan hasil yang berbeda dengan jenis bahan yang akan dibekukan.
Penggunaan metode harus dilakukan dengan tepat sesuai dengan karakteristik dari
bahan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Ø
Perubahan yang terjadi selama
proses pembekuan
1.
Perubahan Tekstur
Buah dan sayur memiliki komponen kadar air yang besar
sebagai penyusun utamanya. Kadar air yang tinggi. Dengan adanya kadar air yang
tinggi akan menyebabkan perubahan volume yang besar. Dimana menurut Estiasih
(2009) buah dan sayur sebagian besar memiliki tekstur yang lebih kaku jika
dibandingkan dengan tekstur daging dan ikan.
Dalam pembekuan semakin suhu yang digunakan masih berada di
antara titik beku bahan maka akan terjadi pembekuan yang lambat dengan
pembekuan lambat ini maka pelepasan air di dalam jaringan bahan menjadi lebih
banyak dan membentuk kristal yang besar. Secara normal pembesaran
kristal-kristal es dimulai di ruang ekstra seluler, karena viskositas cairannya
relatif lebih rendah. Bila pembekuan berlangsung secara lambat, maka volume
ekstra seluler lebih besar sehingga terjadi pembentukan kristal-kristal es yang
besar di tempat itu. Kadar air bahan makin rendah , maka akan terjadi
denaturasi protein terutama pada bahan nabati.
Selama proses thawing berlangsung sel yang rusak akan
mengalami pelepasan komponen bagian-bagian sel, air yang hilang membuat bagian
dalam sel menjadi kosong dan tidak dapat tergantikan. Kerusakan ini tidak dapat
kembali ke bentuk semula sehingga mengakibatkan tekstur menjadi lunak.
Pada produk daging dan ikan tidak mempunyai titik beku
namun memiliki kisaran titik beku dimana jumlah air yang ada ditentukan oleh
rendahnya suhu yang digunakan. Pada daging mentah seperti ayam dan sapi masih
memiliki kandungan serat dan protein yang masih fleksibel, pada saat pembekuan
komponen ini tidak hilang hanya mengalami proses pemisahan sehingga kandungan
air yang ada masih dapat dipertahankan. Sedangkan untuk bahan sosis perubahan
nya menjadi lebih kenyal dan lunak.
2.
Perubahan Berat
Perubahan berat atau susut berat pada komoditi yang
dibekukan dapat disebabkan karena kandungan air yang ada pada bahan keluar
selama proses pembekuan dan menuju ke kristal es yang sedang terbentuk sehingga
bagian dalam es akan kosong. Proses ini terjadi karena kristal es memiliki
tekanan uap air yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tekanan didalam sel
sehingga air dalam sel akan menuju kristal dan hilang pada saat proses thawing
dilakukan.
3.
Perubahan Warna
Perubahan warna disebabkan karena terjadi reaksi enzimatis
(pencoklatan) yang disebabkan karena aktivitas enzim peroksidase, katalase yang
menghasilkan warna coklat, degradasi karoten dan degradasi pigmen klorofil yang
menyebabkan warna kulit berubah menjadi kuning kecoklatan karena adanya
karetenoit dan xantifil yang semula tertutup menjadi terbuka akibat dari efek
suhu pembekuan dan kristal es. Menurut Dragon (2008) Kerusakan ini terjadi pada
bahan yang dibekukan tanpa dibungkus atau yang dibungkus dengan pembungkus yang
kedap uap air serta waktu membungkusnya masih banyak ruang-ruang yang tidak
terisi bahan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendinginan merupakan salah satu teknologi penyimpanan dan
pengawetan bahan pertanian yang mudah rusak dengan cara mengambil panas bahan,
yang kemudian digantikan oleh udara dingin. Panas yang hilang pada bahan akan
menurunkan segala bentuk perubahan selama masa simpan baik secara fisik, kimia
dan mikrobiologi. Selama masa penyimpanan hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah tingkat suhu dan kelembaban yang digunakan, karena buah dan sayuran
setelah dipanen masih melakukan respirasi (dan fotosintesis jika masih memiliki
klorofil dan cahaya yang cukup). Perbedaan ini dikarenakan setiap komoditi
memiliki kriteria dan sifat yang berbeda-beda (ketebalan lilin, kulit dan
kandungan penyusun bahan). Sedangkan untuk produk daging memerlukan suhu
pendinginan bekisar antara 0-15 0 C untuk mencegah terjadinya degradasi warna,
tekstur dan citarasa nya.
penggunaan kalsium. Dengan demikian, produk atau bahan
dapat dipertahankan mutunya dan tidak menurunkan kualitas produk bila disimpan
pada suhu rendah.
Pembekuan merupakan teknologi penyimpanan bahan di bawah
titik beku sehingga segala bentuk akitivitas metabolisme sel menjadi lambat.
Dengan pembekuan masa simpan produk dapat dipertahankan. Perubahan yang terjadi
pada pembekuan disebabkan karena hilangkan air didalam bahan menuju kristal
yang tumbuh dan mengakibatkan bagian dalam bahan kosong sehingga pada saat
dilakukan thawing komponen sel akan lepas dari sel yang telah rusak, perubahan
warna terjadi karena proses degradasi karoten dan klorofil akibat terbukanya
pori-pori buah dan sayur. Semua bahan yang dibekukan, kecuali es krim, setelah
dilakukan “thawing“, akan mengalami denaturasi protein pada waktu pencairan
kembali, air yang keluar tidak dapat diabsorpsi (diserap) kembali sehingga
bahan mengalami penurunan berat.
3.2 Saran
Penyusunan Tugas ini, masih jauh
dari kesempurnaan, karena terbatas sarana dan prasarana yang dimiliki penulis
untuk bisa mendukung kelancaran dan kesempurnaan penyusunan Tugas ini , oleh
karena itu, pada penyusunan Tugas sejenis yang dilakukan kemudian , semoga
dapat lebih disempurnakan, karena hanya inilah kemampuan penulis miliki, segala
kekurangan datang dari penulis sendiri dan segala kelebihan hanya Milik ALLAH Semata.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle. K, Edward.R, Fleet.G, Wotton. M. 1987.
Food Knowledge. UI.Press. Jakarta.
Fellow. 2000. Frozen Food Technology
Estiasih. T, Indria. P, Wenny B., Umi H. 2011. Teknologi Pengolahan Pangan. UB. Malang
Fellow. 2000. Frozen Food Technology
Estiasih. T, Indria. P, Wenny B., Umi H. 2011. Teknologi Pengolahan Pangan. UB. Malang
No comments:
Post a Comment