Sunday, March 30, 2014

PENGERTIAN, PRINSIP DAN UNSUR MANAJEMEN DAKWAH

PENGERTIAN, PRINSIP DAN UNSUR MANAJEMEN DAKWAH

Jika dilihat dari segi bahasa pengertian Manajemen Dakwah memiliki dua pengertian. Pertama pengertian Manajemen dan kedua pengertian Dakwah.
Pertama pengertian manajemen, secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa inggris, management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan. Artinya manajemen adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oeh individu atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi dalam mencapai suatu tujuan.
Dalam bahasa Arab istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam atau at-tanzim, yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan penempatan segala sesuatu pada tempatnya.
Pengertian tersebut dalam sekala aktivitas juga dapat diartikan sebagai aktivitas menertibkan, mengatur dan berpikir yang dilakukan oleh seseorang, sehingga ia mampu mengemukakan, menata, dan merapikan segala sesuatu yang ada di sekitarnya, mengetahui prinsip-prinsipnya serta menjadikan hi Pengertian yang kedua yaitu pengertian dakwah, secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da'a, yad'u' da'wan, du'a,4 yang diartikan sebagai upaya mengajak, menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah tabligh, amr ma'ruf nahyi munkar, mau'idzah hasanah, tabsyir, indzhar, washiyah, tarbiyah, ta'lim, dan khatbah.
Dari definisi tersebut maka dapat disimpulkan makna dakwah islam yaitu sebagai kegiatan mengajak, mendorong dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah dan Istiqomah dijaln-Nya serta berjuang bersama meninggikan agama Allah.
Dari definisi manajemen dan dakwah tersebut dapat disimpulkan bahwa Pengertian Manajemen dakwah yaitu sebagai pproses perencanaan tugas, mengelompokan tugas, menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas dan kemudian menggerakan ke arah tujuan dakwahdup selaras dan serasi dengan yang lainnya.

I. PENDAHULUAN
Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan untuk mengubah pandangan hidup, sikap bathin dan perilaku umat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntutan syariat untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia. Kegiatan dakwah bukan hanya mencakup sisi ajakan (materi dakwah) saja, tetapi juga seluruh unsur yang terkait dengan dakwah yang dapat menjalankan secara efektif tujuan dari apa yang dikehendaki oleh maksud dan tujuan dakwah itu sendiri. Aktivitas dakwah dapat berjalan secara efektif bila mana apa yang menjadi tujuan benar-benar dapat dicapai, dan dalam pencapaiannya dikeluarkan pengorbanan-pengorbanan yang wajar. Atau lebih tepatnya jika kegiatan dakwah yang dilakasanakan mengandung unsur-unsur manajemen dakwah, maka pelaksanaan dakwah dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan agar tujuan tercapai.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Unsur – unsur dakwah
2. prinsip – prinsip manajemen dakwah
III. PEMBAHASAN
A. Unsur – Unsur Dakwah
1. Da’i / Komunikator (Pelaku Dakwah)
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat organisasi atau lembaga .
Masalah yang menonjol dalam bidang ini adalah tentang kualitas, yaitu kurangnya pendidikan, terbatasnya wawasan ke – Islaman, politik, sosial, ekonomi, kemasyarakatan dan Iptek, disamping kurangnya latihan dan pengalaman sehingga sering ditemui kekeliruan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Untuk itu pelatihan untuk pelaku dan pengelola dakwah guna meningkatkan kemampuan penalaran dalam rangka aktualisasi ajaran islam dan integritas diri perlu diadakan secara reguler dan harus mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak yang terkait.
Di sisi lain untuk mendukung keberhasilan dan legitimasi pelaku dakwah selaku komunikator, pelaku dakwah harus berupaya memiliki dan membina sifat – sifat sebagai berikut ;
1. Harus benar – benar istiqamah dalam keimanannya dan percaya seyakin – yakinnya akan kebenaran agama islam yang dianutny untuk kemudian diteruskannya kepada umat.
2. Harus menyampaikan dakwahnya dengan lidahnya sendiri. Dia tidak boleh menyembunyikan kebenaran, apalagi menukar kebenaran tersebut dengan nilai yang rendah.
3. Menyampaikan kesaksiannya tentang kebenaran itu, tidak saja dengan lidahnya, tetapi sejalan dengan perbuatannya.
4. Berdakwah secara jujur dan adil terhadap semua golongan dan kelompok umat dan tidak terpengaruh dengan penyakit hati, seperti hasad, sombong, serakah, dan sebagainya.
5. Berdakwah dengan niat yang ikhlas hanya karena Allah dan mengharap ridho – Nya.
6. Menjadikan Rasulullah saw., sebagai contoh teladan, utama, dalam segenap kehidupan baik pribadi maupun rumah tangga dan keluarga.
7. Mempunyai keberanian moral dalam berdakwah, namun memahami batas – batas keimanan yang jelas.
8. Mengutamakan persaudaraan dan persamaan umat, sebagai wujud ukhuwah islamiyah.
9. Bersifat terbuka, penuh toleransi, lapang dada dan tidak memaksa.
10. Tetap berjihad dalam kondisi bagaimanapun dengan keyakinan bahwa Allah akan berpihak kepada yang benar dan memberikan petunjuk untuk itu.
2. Mad’u / Komunikan / Masyarakat (Penerima Dakwah)
Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun non Islam. Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang orang yang telah beragama Islam, dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, islam dan ihsan .

Masalah yang dihadapi dalam bidang ini sangat kompleks, meliputi hal – hal berikut :
1. Masalah keimanan dan ketauhidan, yang semakin lemah dan banyak dicemari oleh perbuatan syirik, khurafat dan takhayul, terutama di lapisan maasyarakat yang kurang pendidikan agamanya.
2. Masalah ekonomi, yang di pacu oleh krisis moneter dan kondisi kehidupan di bawah garis kemiskinan, banyaknya pengangguran, sulitnya lapangan pekerjaan, lemahnya etos kerja, dan keterampilan yang terbatas.
3. Masalah sosial yang semakin menonjol seperti menurunya kepedulian antarsesama, tenggang rasa yang semakin berkuarang, keluaraga yang tidak harmonis, kenakalan remaja, prostitusi dan penyalahgunaan obat – obat terlarang dan sebagainya.
4. Masalah budaya yang sekularistik dan hedonistik. Media komunikasi dan informasi dengan teknologi yang semakin canggih telah membuat tanggul kekuasan moral dan akhlak tak berdaya. Pergaulan bebas tanpa mengharapkan norma – norma agama semakin merata terutama di kalangan remaja tindak kriminalitas, perkosaan, dan pembunuhan telah menjadi berita harian, budaya sogok, korupsi, dan komisi seperti telah menjadi kebutuhan yang dilegalkan.
Oleh karenanya, objek dakwah sebaiknya diklasifikasikan agar memudahkan pelaksaanaan dakwah. Apabila objek dakwah sudah jelas maka pelaku dakwah lebih mudah untuk mengenal dan dapat mensinkronkan dengan kegiatan dakwah yang akan diproyeksikan. Kegiatan dakwah yang punya korelasi dengan permasalahan kehidupan yang dihadapi masyarakat akan menjadikan dakwah lebih berkesan dan menarik untuk diikuti.
3. Maddah / Pesan (Materi Dakwah)
Materi dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.
Pada dasarnya materi dakwah meliputi bidang pengajaran dan akhlak. Bidang pengajaran harus menekankan 2 hal. Pertama, pada hal keimanan ketauhidan sesuai dengan kemampuan daya pikir objek dakwah. Kedua, mengenai hukum – hukum syara’ seperti wajib, haram, sunnah, makruh, dan mubah. Hkum – hukum tersebut tidak saja diterangkan klasifikasinya, melainkan juga hikmah – hikmah yang terkandung di dalamnya. Mengenai bidang akhlak harus menerangkan batasan – batasan tentang mana akhlak yang baik, mulia, dan terpuji serta mana pula yang buruk, hina, dan tercela.
Apabila sasaran dakwah sudah dikenal, pesan akan lebih mudah disiapkan. Materi dakwah dapat dibedakan menurut jenis atau kelompok objek dakwah.materi itu dikelompokan dalam kemasan yang baik sehingga mempunyai bobot yang dalam dan luas, lebih lagi yang menyangkut hukum-hukum islam dan kemasyarakatan, kadar rasionalitas, aktual dan faktual serta argumen tatif perlu diperhitungkan, karena tidak mustahil objek dakwah lebih menguasai dari pada pelaku dakwah.semua materi dakwah itu tentu harus merujuk pada sumber pokok, yaitu alquran dan sunnah rasulullah.bertolak dari materi yang disampaikan itu kegiatan dakwah dalam bentuk implementatif mudah dilaksanakan sebagai relisasi pengamalannya.
4. Wasilah (Media Dakwah)
Kelengkapan sarana dan prasarana dakwah sangat mempengaruhi keberhasilan dakwah, tidak saja perangkat lunak dan keras seperti tempat, alat transportasi, dana, tenaga ahli, dan alat bantu lainnya. Semua kelengkapan tersebut harus dalam keadaan siap pakai dan dapat difungsikan sewaktu diperlukan, sehingga gerak dakwah tidak hanya berputar pada lingkaran konsep dan progam dalam bentuk teori melainkan betul-betul dapat diwujudkan secara aplikatif yang menyentuh kebutuhan umat.
Setelah memperhatikan dan mencermati komponen manajemen dakwah diatas, dapat dipahami bahwa komponen-komponen tersebut erat kaitannya dengan prinsip-prinsip dasar organisasi dan manajemen dakwah yang telah diuraikan pada bab terdahulu baik prinsip maupun komponen manajemen dakwah merupakan elemen-elemen pokok dalam pelaksanaan kegiatan dakwah yang pada akhirnya lebih obtimal dan profesional.
Insya Allah bila kita berusaha untuk memperbaiki metode dan strategi dakwah dalam manajemen yang baik dan berkualitas, gerakan dakwah akan menjadi kekuatan moral yang dapat diandalkan dalam membentengi umat dari pengaruh budaya-budaya asing yang sekuler atheis. Gerakan kaum muda islam akan ramai menjadi mujahid – mujahid dakwah bila pelaksanaan dakwah dapat diwarnai dengan iklim yang kondusif, artinya berdakwah tidak hanya semat lisan, tetapi berkembang dan maju memasuki wilayah peradaban yang menyeluruh. Begitu pula lokasi kegiatan dakwah tidak hanya dimasjid, tetapi harus diperluas an diratakan hingga menjangkau lapisan masyarakat yang untuk sementara hantinya belum dekat kemasjid, terutama dikalangan oara remaja dan para intelektual. Keberhasilan manajemen dakwah dalam memperluas jangkauannya insya allah dapat mempersempit ruang gerak pengaruh budaya hidup modern yang materealistik dan hedonistik, karena memang lahan dakwah yang subur merupakan tempat yang sulit bagi budaya maksiat dan mungkarat untuk tumbuh dan berkembang, karena habitatnya bukan disana.untuk itu kita perlu berjuang,dengan jihad yang sungguh-sungguh untuk menemukan jalan menuju keberhasilan.
5. Thariqoh (Metode Dakwah)
Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah islam. Salah satu faktor yang menyebabkan belum efektifnya pelaksanaan dakwah adalah karena metode yang dipakai masih bersifat tradisional atau konvensional. Kita belum banyak mengembangkan metode dalam bentuk dialok interaktif yang komunikatif, sehingga pengelolaan bentuk dakwah hanya menyentuh aspek kognitif saja tanpa memperhatikan aspek – aspek afektif dan psikomotoriknya. Dakwah yang masih dilakukan dalam bentuk penyajian yang konvensional tanpa tajuk dan alat bantu akan mencapai sasaran yang sangat minim dan sulit untuk dievalusai keberhasilannya. Makanya tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa metode seperti ini didasari hanya akan memperpanjang masa tertidur dalam kejenuhan dan kebodohan umat yang pada waktunya dapat mendorong umat menjalin taklid, dan kehilangan daya kritis.
Sebenarnya tema dakwah harus lebih ditekankan pada tema-tema yang mengacu pada pemeliharaan dan pengembangan kualitas manusia sebagai mahluk yang mulia dan terhormat.secara khusus tema-tema tersebut harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi objek atau sasaran dakwah.
Teknik pendekatan yang dapat dikembangkan dalam aplikasinya antara lain sebagai berikut.
a. Pendekatan persuasif dan motivatif
Pendekatan ini mengajak objek dakwah dengan rasa sejuk dan mendorong dengan semangat tinggi. Dalam hal ini dedikasi pelaku dakwah dengan dinamika iman dan takwa yang mantap sangatlah menentukan, karena dalam praktiknya pelaku dakwah harus mampu menempatkan diri sebagai motivator yang baik, inisiator yang cerdas, dan dinamisator yang terampil.
b. pendekatan konsultatif
Dalam hal ini antara pelaku dakwah dan onjek dakwah terjalin interaksi positif, dinamis dan kreatif. Masing – masing mereka memerlukan sehingga pemecahan masalah yang dihadapi objek dakwah mudah dilakukan karena ada hubunagn batin yang bertolak dari jiwa dan semangat ukhuwah islamiyah.konsultatif juga berarti bahwa pendekatan dilaksanakan melalui media konsultasi dalam prinsip ”bergaul bersama berperan setara”.
c. pendekatan partisipatif
Maksudnya saling pengertian antara pelaku dakwah dengan objek dakwah tidak hanya terbatas sampai pada tingkat pertemuan tatap muka saja, melainkan diwujudkan dakam bentuk saling bekerja sama dan membantu dilapangan dalam memecahkan masalah yang dihadapi, seperti yang dicontohkan oleh K.H.ahmad dahlan pendiri muhammadiyah. Beliau dalam mengatasi masalah kemiskinan dan anak yatim tidak hanya mengajarkan ayat – ayat mengenai penyantunan fakir miskin dan anak yatim (QS. Al – Ma’uun), tetapi langsung mengajak objek dakwah mendirikan pantiasuhan untuk anak yatim dan pengumpulan beras serta pakaian untuk dibagi-bagikan kepada fakir miskin.
Pendekatan-pendekatan tersebut dalam pelaksanaannya dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bentuk, yaitu pendekatan yang bersifat reaktif dan yang bersifat proaktif. Pendekatan yang bersifat reaktif, adalah pendekatan yang pasif, hanya melihat dan beranjak dari sudut permasalahan yang tumbuh dan terjadi seketika. Dalam konteks ini pemecahan masalah sering tidak tuntas. Sedangkan yang bersifat proaktif adalah pelaksanaan dakwah dalam nuansa lain,yaitu kegiatan yang menantang dan menelusuri dengan selalu bertanya, mengapa permasalahan itu timbul dan terjadi?, apa penyebab dan apa solusinya, pendekatan proaktif sifatnya akomodatif dan kooperatif, karena melibatkan potensi dan sumberdari berbagai dimensi kekuatan, baik tenaga, pikiran, maupun dana yang dimenej dengan manajemen modern. Sebenarnya pendekatan seperti inilah yang harus diprioritaskan sebagai pilihan pertama dalam konteks dakwah masa kini. Meskipun terlambat, namun lebih baik dari pada tidak sama sekali.
Perlu diingat bahwa pola ini telah lama menjdi garapan agama lain seperti kaum nasrani dan yahudi, mereka terjun tidak hanya dikota-kota metropolitan yang ramai dan banyak fasilitas, tetapi dengan penuh dedikasi mereka terjun sampai dipelosok desa dan dusun dilereng gunung dan lembah yang jauh dari pusat keramaian dengan fasilitas yang seadanya. Ternyata mereka lebih unggul dan berhasil. Ini adalah sebuah tantangan.
Dan juga telah dijelaskan dalam QS. An Nahl : 125. Bahwa ada tiga metode dakwah, yaitu :
1) Bi al Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasara dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka.
2) Mau’izatul Hasannah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat – nasihat atau menyampaikan ajaran – ajran islam dengan rasa kasih sayang.
3) Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang baik.
6. Atsar (Efek) Dakwah
Dalam setiap aktifitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi. Artinya, jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da’i dengan materi dakwah wasilah, dan thariqah tertentu, maka akan timbul respons dan efek (atsar) pada mad’u (penerima dakwah). Atsar (efek) sering disebut dengan feed back (umpan balik. Atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya. Jalaluddin Rahmat menyatakan bahwa efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan dengan emosi, sikap serta nilai. Sedangkan efek behavioural merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.
B. Unsur-unsur manajemen dakwah
1. Perencanaan dakwah: tahap ini meliputi membuat susunan materi dakwah yang akan disampaikan kepada Mad’u. dan juga membuat susunan acara yang akan dilakukan mulai dari awal hingga akhir acara tersebut.
2. Pengorganisasian dakwah: tahap ini merupakan, tahap yang dimana segala anggota penyelenggara acara berkumpul bersama dan saling bekerja sama dengan harapan tujuan dakwah tersebut bisa sukses.
3. Penggerakkan dakwah: tahap ini merupakan di mana segala anggota yang terlibat, menjalankan tugasnya masing-masing sesuai dengan perencanaan kegiatan dakwah yang telah dibuat bersama.
4. Pengendalian dakwah: tahap ini merupakan suatu upaya mengatur jalannya acara, agar acara tersebut berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat bersama. Jadi situasi acaranya bisa terkendali.
5. Evaluasi dakwah: tahap ini merupakan suatu upaya melihat hasil / feedback yang diberikan mad’u, setelah mad’u tersebut menerima pesan dakwah yang disampaikan oleh Da’i .
C. Prinsip – Prinsip Manajemen Dakwah
Prinsip – prinsip yang di miliki manajemen dakwah yaitu sebagai berikut :
1. Prinsip Konsolidasi
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap organisasi dakwah harus selalu dalam keadaan mantap dan stabil, jauh dari konflik, dan terhindar dari perpecahan, baik lahiriah maupun batiniah.
2. Prinsip Koordinasi
Prinsip ini berarti organisasi dakwah harus mampu memperlihatkan kesatuan gerak dalam satu komando. Ketertiban dan keteraturan merupakn ciri khasnya, karena prinsip koordinasi mengisyaratkan betapapun banyaknya pembagian kelmpok kerja dan jauhnya rentang kendali dalam medan yang luas, namun denyut nadinya tetap satu.
3. Prinsip Tajdid
Prinsip ini memberi pesan bahwa organisasi dakwah harus selalu tampil prima dan energik, penuh vitalitas dan inovatif. Personal – personalnya harus cerdas dan pintar membaca kemajuan zaman.tapi semua itu tetap dalam konteks perpaduan iman, ilmu, dan amal.
4. Prinsip Ijtihad
Prinsip ini melahirkan ruh jihad dalam arti menyeluruh melalui penyalahgunaan nalar, rasio, dan logika yang memadai dalam mencari interprestasi baru baik isi kandungan al – Quran dan as sunnah. Ijtihad dalam pengertian sesungguhnya adalah mencari berbagai terobosan hukum sebagai jalan keluar untuk mencapai tujuan, sehingga ijtihad mampu memberikan jawaban terhadap bermacam – macam persoalan kehidupan umat dari berbagai dimensi, baik politik, sosial, maupun ekonomi.
5. Prinsip Pendataan dan Kaderisasi
Prinsip ini mengingatkan bahwa setiap organisasi dakwah harus berusaha mendapatkan dukungan dana yang realistic dan diusahakan secara mandiri dari sumber – sumber yang halal dan tidak mengikat. Disamping itu, organisasi dakwah dengan manajemen yang baik juga harus kader yang andal dan propesional, sehingga tidak terjadi kevakuman gerak dari waktu ke waktu. Kader yang diamkasud harus terdiri dari tenaga – tenaga yang beriman dan bertakwa, berilmu, berakhlak dan bermental jihad.
6. Prinsip Komunikasi
Prinsip ini memberikan arah bahwa setiap organisasi dakwah, pengelolaannya harus komunikatif dan persuasif, karena dakwah sifatnya mengajak. Meskipun esensi dakwah menyampaikan kebenaran dan kebenaran itu kadang kala keras dan pahit, namun dalam penyampaiannya tetap dituntut bijaksana dan dengan bahasa komunikasi yang mengena, sehingga betapapun pahitnya, umat tidak antipat melainkan tetap dapat menerima dan memahami dengan akal yang sehat.
7. Prinsip Integral dan Komprehensif
Prinsip ini mengingatkan kepada kita bahwa pelaksanaa kegiatan dakwah tidak hanya terpusat di masjid atau di lembaga – lembaga keagamaan semata, akan tetapi harus integrasi dalam kehidupan umat dan menyentuh kebutuhan yang menyeluruh dari segenap strata sosial masyarakat.
8. Prinsip penelitian dan pengembangan
Kompleksitas permasalahn umat harus menjadi kajian dakwah yang mendalam. Karena dakwah akan gagal bila saja sudut pandang hanya terpusat pada satu sisi.
9. Prinsip sabar dan Istiqomah

Nilai – nilai sabar dan istiqomah yang digerakkan denagn landasan iman dan takwa dapat melahirkan semangat dan potensi rohanaih yag menjadikan dakwah sebagai kebutuhan umat.

No comments: