Strategi Dakwah diEra Masa Kini
PEMBAHASAN
Umat Islam memiliki jumlah pengikut terbanyak di
Indonesia. Sekitar sembilan puluh persen, ia merupakan bagian yang paling
dominan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, bersama-sama dengan umat beragama
lain mereka hidup berdampingan dan bergaul. Mengadakan kontak sosial di antara
mereka, berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Dalam proses interaksi
tersebut terjadi saling mepengaruhi dan saling bersaing serta berkompetisi satu
sama lainnya.
Dalam persaingan tersebut termasuk di dalamnya
persaingan dalam menguasai peranan penting di masa depan. Siapapun yang mampu
mempersiapkan masa depan dengan baik dan cermat maka ia yang akan menguasai
kehidupan masa depan itu, karena ia dengan seksama telah mempersiapkan
kader-kader terbaik mereka yang akan berperan dalam kehidupan yang akan datang.
Begitu pula sebaliknya siapapun yang mengabaikan masa depan, maka ia akan
terpinggirkan dan tidak akan mengambil peran dalam posisi penting di masa yang
akan datang.
Kondisi umat Islam dewasa ini sangat memprihatinkan,
secara umum dalam bidang kehidupan duniawi mereka bukan termasuk umat yang
memegang peranan penting di dunia ini. Dalam beberapa hal tertentu umat Islam
tertinggal dari umat yag lain terutama di bidang ekonomi dan politik. Di bidang
ekonomi umpamanya, mereka masih mengandalkan kekuatan sumber daya alam
dibandingkan dengan hasil produksi ataupun jasa, padahal sumber daya alam
kebanyakan tidak bisa diperbaharui, lambat laun akan menyusut dan habis seperti
halnya minyak bumi dan barang tambang merupakan sumber daya alam yang kalau
sudah habis tidak akan tersedia lagi dalam waktu cepat. Di bidang politik umat
Islam mengalami keadaan yang kurang menguntungkan, posisi mereka hampir
terpinggirkan dalam konstalasi dunia yang diakibatkan oleh adanya propaganda
hitam yang gencar melalui mass media yang canggih dari orang lain. Umat Islam
dianggap umat yang punya peradaban masa lalu, teroris, tidak akomodatif dan
sebutan lain yang menyudutkan.Kondisi terpinggirkan itu banyak diakibatkan oleh
keadaan umat Islam itu sendiri yang lemah, mudah marah, dan mudah panik ketika
menghadapi provokasi lawan. Hal tersebut diakibatkan oleh keterbatasan
kemampuan mereka dalam sumber daya manusia dan dalam bidang kehidupan sehingga
kurang mampu mengimbangi manuver lawan yang memang canggih dalam bidang
kehidupan terutama dalam penguasaan ilmu dan teknologi.
Menurut saya, sekali lagi dan ini bukan hanya
satu-satunya penyebab dari kurang beruntungnya umat Islam sekarang ini, adalah
banyak diakibatkan oleh kurangnya kemampuan kaum Muslimin dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kurangnya penguasaan pengetahuan tersebut banyak
disebabkan oleh banyaknya orang di kalangan umat Islam yang masih punya
anggapan bahwa penguasaan ilmu dan teknologi tidak begitu penting. Hal tersebut
berlanjut kepada anggapan bahwa pendidikan ilmu dan teknologi adalah sesuatu
yang diabaikan. Anggapan tersebut mungkin hanya berasal dari ajaran agama yang
mereka pahami bahwa kehidupan manusia di dunia ini hanyalah sementara sedangkan
kehidupan akhirat itu abadi sehingga mereka lebih mementingkan persiapan menuju
kematian (kehidupan akhirat) dan mengabaikan persiapan untuk kehidupan di
dunia.
Pikiran atau paham tersebut memang betul kalau dilihat
dari lamanya kehidupan seseorang atau pribadi, tetapi kalau kita melihat
rentang waktu kehidupan masyarakat Islam yang sangat panjang bisa beratus,
beribu tahun bahkan sampai akhir zaman. Mereka tidak menyadari bahwa keadaan
kehidupan masyarakat dibangun oleh kehidupan individu (perseorangan). Kalau
kehidupab perorangan memprihatinkan maka kehidupan masyarakat yang panjang itu
juga akan memprihatinkan. Kalau kehidupan perorangan sekarang kurang
memperhatikan kehidupan masyarakat jangka panjang maka kehidupan anak cucu dan
keturunannya akan lebih memprihatinkan. Kesalahan mempersepsi dan mengambil
keputusan hari ini akibatnya akan dirasakan oleh anak keturunan kita sampai
beratus tahun kemudian. Orang yang mengabaikan kehidupan masyarakat masa depan
adalah orang yang egois dan individualis, padahal banyak dalam ajaran Islam
yang menganjurkan untuk memperhatikan nasib keturunan masa depan sebagaimana firman
Allah : “Dan hendaklah kamu takut dengan keadaan anak keturunanmu yang lemah”
atau sabda Nabi Muhammad SAW : “Walaupun kamu tahu besok hari akan terjadi
kiamat sedangkan di tanganmu ada sebutir benih kurma maka tanamkanlah benih
kurma itu”. Dua dalil naqli tersebut mengingatkan kita betapa kita harus
menciptakan generasi yang akan datang dengan kondisi yang lebih baik dari
kondisi sekarang.
Pendidikan merupakan sarana penting bagi mempersiapkan
generasi muda untuk tampil dalam gelanggang pada masa yang akan datang.
Sayngnya di masyarakat Islam keadaan pendidikan baik jumlah maupun mutu tidak
menunjukkan keadaan yang menggembirakan. Contoh kasus di Indonesia, hasil
statistik tahun 1990 menunjukkan bahwa 78% penduduk Indonesia lulusan sekolah
dasar ke bawah, 20% lulusan sekolah menengah, dan hanya 2% lulusan perguruan
tinggi. Dari data tersebut berarti penduduk Indonesia yang mayoritas umat Islam
sebagian besar berpendidikan rendah dan akibatnya bisa kita perkirakan sendiri.
Data tadi menunjukkan dari segi kuantitas belum lagi jia kita lihat dari segi
kualitas, masih sangat sulit kita menemukan sekolah-sekolah yang bagus di
Indonesia. Sebagai contoh tidak ada satupun perguruan tinggi di Indonesia yang
masuk lima puluh besar di urutan perguruan tinggi terbaik di Asia.
Begitu pula sekolah menengahnya. Minim produk
penelitian yang berkualitas sehingga sangat sedikit penemuan baru yang
dilahirkan dar lembaga pendidikan. Hal itu diakibatkan oleh minimnya anggaran
untuk pendidikan dan riset. Bahkan banyak negara Islam yang kaya lebih
mementingkan anggaran belanja untuk pertahanan dibandingkan untuk riset dan
pendidikan.
Kondisi inilah yang mengharuskan berbagai lembaga
keagamaan Islam yang ada untuk mulai menyadari akan pentingnya lembaga
pendidikan untuk menaikkan tingkat pendidikan di kalangan umat Islam. Kenapa
harus lembaga Islam? Sebab bagaimanapun masyarakat Indonesia yang mayoritas
Muslim masih mempunyai loyalitas yang kuat terhadap kelompok keagamaan dimana
mereka bergabung. Mereka merasa terpanggil dan terlibat ketika lembaga
keagamaan mereka atau organisasi massa mereka membuat amal usaha termasuk
disana adalah lembaga pendidikan.
Memang kita telah mengetahui bahwa sudah banyak ormas
Islam yang telah mendirikan lembaga pendidikan seperti sekolah, madrasah,
maupun pesantren tetapi keberadaannya belum merata di seluruh pelosok tanah air
dan juga kualitasnya masih berorientasi apa adanya. Sudah waktunya ormas Islam
menggerakkan anggotanya untuk lebih meningkatkan partisipasinya dalam
pendidikan umat sehingga mencapai hasil yang maksimal. Sumber dana masyarakat
jauh lebih besar dibandingkan dengan sumber dana di pemerintah, sebab dana
pemerintah pun sebenarnya banyak yang berasal dari dana masyarakat yang
dikumpulkan melalui pajak dan retribusi.
Jadi, kalau saya membayangkan ketika mayoritas umat
Islam telah mengalami pendidikan yang tinggi, maka akan terjadi keadaan umat
Islam yang aqiedahnya kuat dan ilmu pengetahuannya luas dan dalam itulah yang
akan melahirkan khoeru ummah yang disebutkan oleh Allah dalam QS Ali Imran. Dan
menjadi umat yang dijanjikan Allah diangkat derajatnya karena beriman dan
berilmu pengetahuan[1]
A. PENGERTIAN STRATEGI DAKWAH
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning)
dan management untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencpai tujuan
tersebut, strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang hanya
menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana tekhnik (cara)
operasionalnya.
Dengan demikian strategi dakwah merupakan perpaduan
dari perencanaan (planning) dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan.
Di dalam mencapai tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan
bagaimana operasionalnya secara tekhnik (taktik) harus dilakukan, dalam arti
kat bahwa pendekatan (approach) bias berbeda sewaktu-waktu bergantung pada
situasi dan kondisi.Untuk mantapnya strategi dakwah, maka segala sesuatunya
harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap
pertanyaan dalam rumus Lasswell, yaitu:





B. PENTINGNYA STRATEGI DAKWAH
Pentingnya strategi dakwah adalah untuk mencapai
tujuan, sedangkan pentingnya suatu tujuan adalah untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan. Fokus perhatian dari ahli dakwah memang penting untuk ditujukan
kepada strategi dakwah, karena berhasil tidaknya kegiatan dakwah secara efektif
banyak ditentukan oleh strategi dakwah itu sendiri.
Dengan demikian strategi dakwah, baik secara makro
maupun secar mikro mempunyai funsi ganda, yaitu :
v Menyebarluaskan pesan-pesan dakwah yang bersifat
informative, persuasive dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk
memperoleh hasil optimal.
v Menjembatani "Cultur Gap" akibat kemudahan
diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media yang begitu ampuh, yang
jika dibiarkan akan merusak nilaii-nilai dan norma-norma agama maupun budaya.
Bahasan ini sifatnya sederhana saja, meskipun demikian
diharapkan dapat menggugah perhatian para ahli dakwah dan para calon pendakwah
yang sedang atau akan bergerak dalam kegiatan dakwah secara makro, untuk
memperdalaminya.
Jika kita sudah tau dan memahami sifat-sifat mad'u,
dan tahu pula efek apa yang kita kehendaki dari mereka, memilih cara mana yang
kita ambil untuk berdakwah sangatlah penting, karena ini ada kitannya dengan
media yang harus kita gunakan. Cara bagaimana kita menyampaikan pesan dakwah
tersebut, kita bias mengambil salah satu dari dua tatanan di bawah ini :
A. Dakwah
secara tatap muka (face to face)
v Dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan
tingkah laku (behavior change) dari mad'u.
v Sewaktu menyampaikan memerlukan umpan balik langsung
(immediate feedback).
v Dapat saling melihat secara langsung dan bisa
mengetahui apakah mad'u memperhatikan kita dan mengerti apa yang kita
sampaikan. Sehingga umpan balik tetap menyenangkan kita.
v Kelemahannya mad'u yang dapat diubah tingkah lakunya
relative, sejauh bisa berdialog dengannya.
B. Dakwah
melalui media.
v Pada umumnya banyak digunakan untuk dakwah
informatife.
v Tidak begitu ampuh untuk mengubah tingkah laku.
v Kelemhannya tidak persuasive
v Kelebihannya dapat mencapai mad'u dalam jumlah yang
besar
C. PERANAN DA'I DALAM STRATEGI
DAKWAH
Dalam strategi dakwah peranan dakwah sangatlah
penting. Strategi dakwah harus luwes sedemikian rupa sehingga da'i sebagai
pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang
mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat proses dakwah bisa datang
sewaktu-waktu, lebih-lebih jika proses dakwah berlangsung melalui media.
Menurut konsep A.A Prosedure, bahwa dalam melancarkan
komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan, apa yang disebut A-A Proceedure
atau From Attention to Action Procedure yang di singkat AIDDA. Lengkapnya
adalah sebagai berikut :
v A_Attention (Perhatian)
v I_Interest (Minat)
v D_Desire (Hasrat)
v D_Decision (keputusan)
v A_Action (Kegiatan)
Maknanya :
v Proses pentahapannya dimulai dengan membangkitkan perhatian
(attention). Dalam hal ini pada diri seorang da'i harus menimbulkan daya tarik
(source attactiveness).
v Sikap da'i berusaha menciptakan kesamaan atau
menyamakan diri deengan mad'u sehingga menimbulkan simpati mad'u pada da'i.
v Dalam membangkitkan perhatian hindarkan kemunculan
himbauan (appeal) yang negative sehingga menumbuhkan kegelisahan dan rasa
takut.
v Apabila perhatian mad'u telah terbangkitkan, hendaknya
disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest) yang merupakan derajat lebih
tinggi dari perhatian.
v Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan
titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang
diharapkan mad'u.
v Hasrat saja pada diri mad'u belum berarti apa-apa,
sebab harus dilanjutkan dengan keputusan (decission), yakni keputusan untuk
melakukan kegiatan (action) sebagaimana diharapkan da'i.
D. STRATEGI DAKWAH
Dengan strategi dakwah seorang da'i harus berfikir
secara konseptual dan bertindak secara sistematik. Sebab komunikasi tersebut
bersifat paradigmatik. Paradigma adalah pola yang mencakup sejumlah komponen
yang terkorelasikan secara fungsional untuk mencapai suatu tujuan. Suatu
paradigma mengandung tujuan. Dan tujuan pada paradigma tesebut , yakni
"mengubah sika, opini atau pandangan dan perilaku". (to change the
attitude, opinion and behavior), sehingga timbul pada diri mad'u efek afektif,
efek kognitif, dan efek konatif atau behavioral.
1. Proses Dakwah
v Dalam menyusun strategi dakwah harus menghayati proses
komunikasi yang akan dilancarkan.
v Proses dakwah harus berlangsung secara
"berputar"(circular), tidak "melurus" (linear). Maksudnya,
pesan yang sampai kepada mad'u efeknya dalam bentuk tanggapan mengarus menjadi
umpan balik.
v Mengevaluasi efek dari umpan balik terseut negative
atau positif.
2. Da'i
v Mendalami pengetahuan Alqur'an dan Hadits, pengetahuan
huukum Islam lainnya. Sejarah nabi, ibadah, muamalah, akhlak, dan pengetahuan
Islam lainnya.
v Menggabungkan pengetahuan lama dan modern.
v Menguasai bahasa setempat.
v Mengetahui cara berdakwah, system pendidikan dan
pengajaran, mengawasi dan mengarahkan.
v Berakhlak mulia.
v Para da'i harus bijaksana, dan berpenampilan yang
baik.
v Para da'i haus pandai memilih judul, dan menjauhkan
yang membawa kepada keraguan.
v Da'i adalah imam dan pemimpin.
3. Pesan Dakwah
v Sistematis dan objektif.
v Bahasanya ringan sesuai dengan situasi dan kondisi.
v Tidak harus panjang lebar.
v Pesan dakwah sesuai dengan Alqur'an dan Hadits.
v Meyakinkan tidak meragukan.
v Isinya menggambarkan tema pesan secara menyeluruh.
4. Media Dakwah
v Radio
v Mimbar
v Televisi
v Dan Publikasi lainnya
v Film Teater
v Majalah
v Reklame
v Surat Kabar
5. Mad'u
v Komponen yang paling banyak meminta perhatian.
v Sifatnya, heterogen dan kompleks.
v Selektif dan kritis memperhatikan suatu pesan dakwah,
khususnya jika berkaitan dengan kepentingannya
6. Efek Dakwah
v Efek kognitif (cognitive effect), berhubungan dengan
pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya
tidak memahami, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Contohnya; berita,
tajuk rencana, artikel dan sebagainya.
v Efek afektif, berkaitan dengan perasaan. Misalnya,
perasaan marah, kecewa, kesal, gembira, benci dan masih banyak lagi.
v Efek konatif (efek behavioral), bersangkutan deengan
niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan.
Efek konatif timbul setelah muncul efek kognitif dan afektif. Misalnya, seorang
suami yang bertekad berkeluaga dengan dua anak saja merupakan efek konatif
setelah ia menyaksikan fragmen acara televisi, betapa bahagianya beranak dua
dan sebaliknya betapa repotnya beranak banyak.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas tampak bahwa tidak mudah dalam
menyusun srategi dakwah perlu memperhatikan aspek masyarakat ( mad’u) pesan (
message ), da’I,dan media yang digunakan. materi dakwah yang akan disampaikan,
metode yang digunakan, agar dapat diterima, mudah dimengerti, dipahami, dan
diamalkan
PENUTUP
Demikianlah yang dapat
kami sampaikan mengenai materi yang menjadi pokok dalam makalah ini, tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatas nya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungan nya dengan judul makalah
ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hafidz, Abdullah Cholis, dkk. Dakwah Transformatif. Jakarta: PP LAKPESDAM
NU. 2006.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikas. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti 2003.
Syihata, Abdullah. Dakwah Islamiyah. Jakarta: Depag. 1986.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar