Friday, May 18, 2012

manajemen strategis "Strategi dakwah di era masa kini"


Strategi Dakwah diEra Masa Kini


PEMBAHASAN

Umat Islam memiliki jumlah pengikut terbanyak di Indonesia. Sekitar sembilan puluh persen, ia merupakan bagian yang paling dominan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, bersama-sama dengan umat beragama lain mereka hidup berdampingan dan bergaul. Mengadakan kontak sosial di antara mereka, berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Dalam proses interaksi tersebut terjadi saling mepengaruhi dan saling bersaing serta berkompetisi satu sama lainnya.
Dalam persaingan tersebut termasuk di dalamnya persaingan dalam menguasai peranan penting di masa depan. Siapapun yang mampu mempersiapkan masa depan dengan baik dan cermat maka ia yang akan menguasai kehidupan masa depan itu, karena ia dengan seksama telah mempersiapkan kader-kader terbaik mereka yang akan berperan dalam kehidupan yang akan datang. Begitu pula sebaliknya siapapun yang mengabaikan masa depan, maka ia akan terpinggirkan dan tidak akan mengambil peran dalam posisi penting di masa yang akan datang.
Kondisi umat Islam dewasa ini sangat memprihatinkan, secara umum dalam bidang kehidupan duniawi mereka bukan termasuk umat yang memegang peranan penting di dunia ini. Dalam beberapa hal tertentu umat Islam tertinggal dari umat yag lain terutama di bidang ekonomi dan politik. Di bidang ekonomi umpamanya, mereka masih mengandalkan kekuatan sumber daya alam dibandingkan dengan hasil produksi ataupun jasa, padahal sumber daya alam kebanyakan tidak bisa diperbaharui, lambat laun akan menyusut dan habis seperti halnya minyak bumi dan barang tambang merupakan sumber daya alam yang kalau sudah habis tidak akan tersedia lagi dalam waktu cepat. Di bidang politik umat Islam mengalami keadaan yang kurang menguntungkan, posisi mereka hampir terpinggirkan dalam konstalasi dunia yang diakibatkan oleh adanya propaganda hitam yang gencar melalui mass media yang canggih dari orang lain. Umat Islam dianggap umat yang punya peradaban masa lalu, teroris, tidak akomodatif dan sebutan lain yang menyudutkan.Kondisi terpinggirkan itu banyak diakibatkan oleh keadaan umat Islam itu sendiri yang lemah, mudah marah, dan mudah panik ketika menghadapi provokasi lawan. Hal tersebut diakibatkan oleh keterbatasan kemampuan mereka dalam sumber daya manusia dan dalam bidang kehidupan sehingga kurang mampu mengimbangi manuver lawan yang memang canggih dalam bidang kehidupan terutama dalam penguasaan ilmu dan teknologi.

Menurut saya, sekali lagi dan ini bukan hanya satu-satunya penyebab dari kurang beruntungnya umat Islam sekarang ini, adalah banyak diakibatkan oleh kurangnya kemampuan kaum Muslimin dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurangnya penguasaan pengetahuan tersebut banyak disebabkan oleh banyaknya orang di kalangan umat Islam yang masih punya anggapan bahwa penguasaan ilmu dan teknologi tidak begitu penting. Hal tersebut berlanjut kepada anggapan bahwa pendidikan ilmu dan teknologi adalah sesuatu yang diabaikan. Anggapan tersebut mungkin hanya berasal dari ajaran agama yang mereka pahami bahwa kehidupan manusia di dunia ini hanyalah sementara sedangkan kehidupan akhirat itu abadi sehingga mereka lebih mementingkan persiapan menuju kematian (kehidupan akhirat) dan mengabaikan persiapan untuk kehidupan di dunia.
Pikiran atau paham tersebut memang betul kalau dilihat dari lamanya kehidupan seseorang atau pribadi, tetapi kalau kita melihat rentang waktu kehidupan masyarakat Islam yang sangat panjang bisa beratus, beribu tahun bahkan sampai akhir zaman. Mereka tidak menyadari bahwa keadaan kehidupan masyarakat dibangun oleh kehidupan individu (perseorangan). Kalau kehidupab perorangan memprihatinkan maka kehidupan masyarakat yang panjang itu juga akan memprihatinkan. Kalau kehidupan perorangan sekarang kurang memperhatikan kehidupan masyarakat jangka panjang maka kehidupan anak cucu dan keturunannya akan lebih memprihatinkan. Kesalahan mempersepsi dan mengambil keputusan hari ini akibatnya akan dirasakan oleh anak keturunan kita sampai beratus tahun kemudian. Orang yang mengabaikan kehidupan masyarakat masa depan adalah orang yang egois dan individualis, padahal banyak dalam ajaran Islam yang menganjurkan untuk memperhatikan nasib keturunan masa depan sebagaimana firman Allah : “Dan hendaklah kamu takut dengan keadaan anak keturunanmu yang lemah” atau sabda Nabi Muhammad SAW : “Walaupun kamu tahu besok hari akan terjadi kiamat sedangkan di tanganmu ada sebutir benih kurma maka tanamkanlah benih kurma itu”. Dua dalil naqli tersebut mengingatkan kita betapa kita harus menciptakan generasi yang akan datang dengan kondisi yang lebih baik dari kondisi sekarang.
Pendidikan merupakan sarana penting bagi mempersiapkan generasi muda untuk tampil dalam gelanggang pada masa yang akan datang. Sayngnya di masyarakat Islam keadaan pendidikan baik jumlah maupun mutu tidak menunjukkan keadaan yang menggembirakan. Contoh kasus di Indonesia, hasil statistik tahun 1990 menunjukkan bahwa 78% penduduk Indonesia lulusan sekolah dasar ke bawah, 20% lulusan sekolah menengah, dan hanya 2% lulusan perguruan tinggi. Dari data tersebut berarti penduduk Indonesia yang mayoritas umat Islam sebagian besar berpendidikan rendah dan akibatnya bisa kita perkirakan sendiri. Data tadi menunjukkan dari segi kuantitas belum lagi jia kita lihat dari segi kualitas, masih sangat sulit kita menemukan sekolah-sekolah yang bagus di Indonesia. Sebagai contoh tidak ada satupun perguruan tinggi di Indonesia yang masuk lima puluh besar di urutan perguruan tinggi terbaik di Asia.
Begitu pula sekolah menengahnya. Minim produk penelitian yang berkualitas sehingga sangat sedikit penemuan baru yang dilahirkan dar lembaga pendidikan. Hal itu diakibatkan oleh minimnya anggaran untuk pendidikan dan riset. Bahkan banyak negara Islam yang kaya lebih mementingkan anggaran belanja untuk pertahanan dibandingkan untuk riset dan pendidikan.
Kondisi inilah yang mengharuskan berbagai lembaga keagamaan Islam yang ada untuk mulai menyadari akan pentingnya lembaga pendidikan untuk menaikkan tingkat pendidikan di kalangan umat Islam. Kenapa harus lembaga Islam? Sebab bagaimanapun masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim masih mempunyai loyalitas yang kuat terhadap kelompok keagamaan dimana mereka bergabung. Mereka merasa terpanggil dan terlibat ketika lembaga keagamaan mereka atau organisasi massa mereka membuat amal usaha termasuk disana adalah lembaga pendidikan.
Memang kita telah mengetahui bahwa sudah banyak ormas Islam yang telah mendirikan lembaga pendidikan seperti sekolah, madrasah, maupun pesantren tetapi keberadaannya belum merata di seluruh pelosok tanah air dan juga kualitasnya masih berorientasi apa adanya. Sudah waktunya ormas Islam menggerakkan anggotanya untuk lebih meningkatkan partisipasinya dalam pendidikan umat sehingga mencapai hasil yang maksimal. Sumber dana masyarakat jauh lebih besar dibandingkan dengan sumber dana di pemerintah, sebab dana pemerintah pun sebenarnya banyak yang berasal dari dana masyarakat yang dikumpulkan melalui pajak dan retribusi.
Jadi, kalau saya membayangkan ketika mayoritas umat Islam telah mengalami pendidikan yang tinggi, maka akan terjadi keadaan umat Islam yang aqiedahnya kuat dan ilmu pengetahuannya luas dan dalam itulah yang akan melahirkan khoeru ummah yang disebutkan oleh Allah dalam QS Ali Imran. Dan menjadi umat yang dijanjikan Allah diangkat derajatnya karena beriman dan berilmu pengetahuan[1]

A. PENGERTIAN STRATEGI DAKWAH
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan management untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencpai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana tekhnik (cara) operasionalnya.
Dengan demikian strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning) dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam mencapai tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara tekhnik (taktik) harus dilakukan, dalam arti kat bahwa pendekatan (approach) bias berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.Untuk mantapnya strategi dakwah, maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell, yaitu:
*      Who? (Siapa da'i atau penyampai pesan dakwahnya?)
*      Says What? (Pesan apa yang disampaikan?)
*      In Which Channel? (Media apa yang digunakan?)
*      To Whom? (Siapa Mad'unya atau pendengarnya?)
*      With what Effect? (Efek apa yang diharapkan?



B. PENTINGNYA STRATEGI DAKWAH
Pentingnya strategi dakwah adalah untuk mencapai tujuan, sedangkan pentingnya suatu tujuan adalah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Fokus perhatian dari ahli dakwah memang penting untuk ditujukan kepada strategi dakwah, karena berhasil tidaknya kegiatan dakwah secara efektif banyak ditentukan oleh strategi dakwah itu sendiri.
Dengan demikian strategi dakwah, baik secara makro maupun secar mikro mempunyai funsi ganda, yaitu :
v  Menyebarluaskan pesan-pesan dakwah yang bersifat informative, persuasive dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.
v  Menjembatani "Cultur Gap" akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilaii-nilai dan norma-norma agama maupun budaya.
Bahasan ini sifatnya sederhana saja, meskipun demikian diharapkan dapat menggugah perhatian para ahli dakwah dan para calon pendakwah yang sedang atau akan bergerak dalam kegiatan dakwah secara makro, untuk memperdalaminya.
Jika kita sudah tau dan memahami sifat-sifat mad'u, dan tahu pula efek apa yang kita kehendaki dari mereka, memilih cara mana yang kita ambil untuk berdakwah sangatlah penting, karena ini ada kitannya dengan media yang harus kita gunakan. Cara bagaimana kita menyampaikan pesan dakwah tersebut, kita bias mengambil salah satu dari dua tatanan di bawah ini :
A.    Dakwah secara tatap muka (face to face)
v  Dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behavior change) dari mad'u.
v  Sewaktu menyampaikan memerlukan umpan balik langsung (immediate feedback).
v  Dapat saling melihat secara langsung dan bisa mengetahui apakah mad'u memperhatikan kita dan mengerti apa yang kita sampaikan. Sehingga umpan balik tetap menyenangkan kita.
v  Kelemahannya mad'u yang dapat diubah tingkah lakunya relative, sejauh bisa berdialog dengannya.

B.     Dakwah melalui media.
v  Pada umumnya banyak digunakan untuk dakwah informatife.
v  Tidak begitu ampuh untuk mengubah tingkah laku.
v  Kelemhannya tidak persuasive
v  Kelebihannya dapat mencapai mad'u dalam jumlah yang besar


C. PERANAN DA'I DALAM STRATEGI DAKWAH
Dalam strategi dakwah peranan dakwah sangatlah penting. Strategi dakwah harus luwes sedemikian rupa sehingga da'i sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat proses dakwah bisa datang sewaktu-waktu, lebih-lebih jika proses dakwah berlangsung melalui media.
Menurut konsep A.A Prosedure, bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan, apa yang disebut A-A Proceedure atau From Attention to Action Procedure yang di singkat AIDDA. Lengkapnya adalah sebagai berikut :
v  A_Attention (Perhatian)
v  I_Interest (Minat)
v  D_Desire (Hasrat)
v  D_Decision (keputusan)
v  A_Action (Kegiatan)
Maknanya :
v  Proses pentahapannya dimulai dengan membangkitkan perhatian (attention). Dalam hal ini pada diri seorang da'i harus menimbulkan daya tarik (source attactiveness).
v  Sikap da'i berusaha menciptakan kesamaan atau menyamakan diri deengan mad'u sehingga menimbulkan simpati mad'u pada da'i.
v  Dalam membangkitkan perhatian hindarkan kemunculan himbauan (appeal) yang negative sehingga menumbuhkan kegelisahan dan rasa takut.
v  Apabila perhatian mad'u telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest) yang merupakan derajat lebih tinggi dari perhatian.
v  Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan mad'u.
v  Hasrat saja pada diri mad'u belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan keputusan (decission), yakni keputusan untuk melakukan kegiatan (action) sebagaimana diharapkan da'i.

D. STRATEGI DAKWAH
Dengan strategi dakwah seorang da'i harus berfikir secara konseptual dan bertindak secara sistematik. Sebab komunikasi tersebut bersifat paradigmatik. Paradigma adalah pola yang mencakup sejumlah komponen yang terkorelasikan secara fungsional untuk mencapai suatu tujuan. Suatu paradigma mengandung tujuan. Dan tujuan pada paradigma tesebut , yakni "mengubah sika, opini atau pandangan dan perilaku". (to change the attitude, opinion and behavior), sehingga timbul pada diri mad'u efek afektif, efek kognitif, dan efek konatif atau behavioral.

1. Proses Dakwah
v  Dalam menyusun strategi dakwah harus menghayati proses komunikasi yang akan dilancarkan.
v  Proses dakwah harus berlangsung secara "berputar"(circular), tidak "melurus" (linear). Maksudnya, pesan yang sampai kepada mad'u efeknya dalam bentuk tanggapan mengarus menjadi umpan balik.
v  Mengevaluasi efek dari umpan balik terseut negative atau positif.
2. Da'i
v  Mendalami pengetahuan Alqur'an dan Hadits, pengetahuan huukum Islam lainnya. Sejarah nabi, ibadah, muamalah, akhlak, dan pengetahuan Islam lainnya.
v  Menggabungkan pengetahuan lama dan modern.
v  Menguasai bahasa setempat.
v  Mengetahui cara berdakwah, system pendidikan dan pengajaran, mengawasi dan mengarahkan.
v  Berakhlak mulia.
v  Para da'i harus bijaksana, dan berpenampilan yang baik.
v  Para da'i haus pandai memilih judul, dan menjauhkan yang membawa kepada keraguan.
v  Da'i adalah imam dan pemimpin.

3. Pesan Dakwah
v  Sistematis dan objektif.
v  Bahasanya ringan sesuai dengan situasi dan kondisi.
v  Tidak harus panjang lebar.
v  Pesan dakwah sesuai dengan Alqur'an dan Hadits.
v  Meyakinkan tidak meragukan.
v  Isinya menggambarkan tema pesan secara menyeluruh.



4. Media Dakwah
v  Radio
v  Mimbar
v  Televisi
v  Dan Publikasi lainnya
v  Film Teater
v  Majalah
v  Reklame
v  Surat Kabar
5. Mad'u
v  Komponen yang paling banyak meminta perhatian.
v  Sifatnya, heterogen dan kompleks.
v  Selektif dan kritis memperhatikan suatu pesan dakwah, khususnya jika berkaitan dengan kepentingannya
6. Efek Dakwah
v  Efek kognitif (cognitive effect), berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak memahami, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Contohnya; berita, tajuk rencana, artikel dan sebagainya.
v  Efek afektif, berkaitan dengan perasaan. Misalnya, perasaan marah, kecewa, kesal, gembira, benci dan masih banyak lagi.
v  Efek konatif (efek behavioral), bersangkutan deengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Efek konatif timbul setelah muncul efek kognitif dan afektif. Misalnya, seorang suami yang bertekad berkeluaga dengan dua anak saja merupakan efek konatif setelah ia menyaksikan fragmen acara televisi, betapa bahagianya beranak dua dan sebaliknya betapa repotnya beranak banyak.




KESIMPULAN

Dari uraian di atas tampak bahwa tidak mudah dalam menyusun srategi dakwah perlu memperhatikan aspek masyarakat ( mad’u) pesan ( message ), da’I,dan media yang digunakan. materi dakwah yang akan disampaikan, metode yang digunakan, agar dapat diterima, mudah dimengerti, dipahami, dan diamalkan


  

PENUTUP

            Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi pokok dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatas nya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungan nya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan berikutnya.
            Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.








  

DAFTAR PUSTAKA
Hafidz, Abdullah Cholis, dkk. Dakwah Transformatif. Jakarta: PP LAKPESDAM NU. 2006.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikas. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti 2003.
Syihata, Abdullah. Dakwah Islamiyah. Jakarta: Depag. 1986.



[1] Dadang Kahmad_srategi dakwah islam masa kini

No comments: