Wednesday, November 05, 2014

Pengantar Manajemen

Pengantar Manajemen




BAB I
PENDAHULUAN
Dalam  islam ada beberapa yang sangat di anjurkan kepada kita salah satunya mengatur waktu, malaksanakan pekerjaan yang bisa  bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Begitu juga dengan kejujuran sangat di anjurkan kepada kita supaya kita selalu berlaku jujur dimana pun kita berada.
Islam selalu mengajarkan kita supaya kita berlaku jujur, selalu tepat waktu dalam melakkukan suatu pekerjaan, dan selalu bekerja hanya karena mengharap keridhoan dari Allah SWT.
Didalam kita mengatur waktu ada beberapa hal yang harus kita terapkan salah satunya mengetahui apa yang akan kita lakukan, sehingga waktu yang kita gunakan tidak sia-sia. Mengisi waktu kosong dengan hal yang bermanfaat dan selalu mengoreksi diri setelah melakukan suatu kegiatan. Waktu bisa menyelamatkan manusia yang menggunakannyan hanya untuk hal-hal yang berguna dan juga untuk kebajikan, dan sebaliknya juga begitu waktu pula yang menggelincirkan manusia manakala ia menggunakannya untuk keburukan. Waktu juga lah yang selalu mengingatkan kita agar jangan sampai menyia-nyiakannya dan jangan lupa akan hal yang akan kita lakukan atau kerjakan.
Bekerja dalam islam merupakan suatu ibadah yang seharusnya dalam melaksanakannya harus dengan hati yang ikhlas. Dan dalam bekerja sangat di butuhkan kejujuran yang seharusnya tercipta di antara kita bersama.






BAB II
PEMBAHASAN
v  Disiplin Waktu
Setiap bangsa memiliki falsafahnya sendiri tentang waktu. Bangsa Arab misalnya, mempunyai falsafah “al waqtu kash shoif” (waktu ibarat pedang). Maksudnya, kalau kita pandai menggunakan pedang, maka pedang itu akan menjadi alat yang bermanfaat. Tapi kalau tidak bisa menggunakannya, maka bisa-bisa kita sendiri akan celaka. Begitu juga dengan waktu, kalau kita pandai memanfaatkannya maka kita akan menjadi orang yang sukses. Tapi kalau tidak, maka kita sendiri yang akan tergilas oleh waktu. Sementara orang barat, mempunyai falsafah: “time is money”, waktu adalah uang. Faham ini sangat materialisme. Kesuksesan, kesenangan, kebahagiaan, kehormatan, semuanya diukur dengan materi. Maka mereka akan merasa rugi jika ada sedikit saja waktu yang berlalu tanpa menghasilkan uang. Uang menjadi tujuan hidupnya.[1]
Maka itu akan menggugah niat baik tanpa ada kesalahan, dengan bantuan Allah, atur seluruh waktu dan pergunakanlah untuk sesuatu yang layak pada saat memusatkan diri pada Allah.[2]

a)      Pengertian waktu dalam Islam
Dalam ajaran Islam kita sudah tahu pepatah arab yang mengatakan bahwa “ Waktu itu Ibarat Pedang”. Waktu itu merupakan suatu yang tidak bisa di undur dan tidak bisa untuk di majukan. Dalam islam banyak dijelaskan tentang-tentang ayat-ayat yang mengenai waktu sebagaiman ayat di bawah ini :
            Di dalam kamus Bahasa Indonesia waktu memiliki arti sendiri yaitu : waktu adalah sekalian rentetan saat telah lampau, sekarang dan yang akan datang.[3]
Dalam Kamus Besar Bahasa indonesia paling tidak terdapat empat arti kata “waktu”:
 (1) seluruh rangkaian saat, yang telah berlalu, sekarang, dan yang akan    datang;
 (2) saat tertentu untuk menyelesaikan sesuatu;
 (3) kesempatan, tempo, atau peluang;
 (4) ketika, atau saat terjadinya sesuatu.

Al-Quran menggunakan beberapa kata untuk menunjukkan makna-makna di atas, seperti:
a. Ajal, untuk menunjukkan waktu berakhirnya sesuatu, seperti berakhirnya usia manusia atau masyarakat. Setiap umat mempunyai batas waktu berakhirnya usia (QS Yunus [10]: 49)
1)      Surat yunus : Ayat 49

@è% Hw à7Î=øBr& ÓŤøÿuZÏ9 #uŽŸÑ Ÿwur $·èøÿtR žwÎ) $tB uä!$x© ª!$# 3 Èe@ä3Ï9 >p¨Bé& î@y_r& 4 #sŒÎ) uä!%y` óOßgè=y_r& Ÿxsù tbrãÏø«tFó¡tƒ Zptã$y ( Ÿwur tbqãBÏø)tFó¡o ÇÍÒÈ
Artinya:
49.Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah". tiap-tiap umat mempunyai ajal. apabila Telah datang ajal mereka, Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).

Demikian juga berakhirnya kontrak perjanjian kerja antara Nabi Syuaib dan Nabi Musa, Al-Quran mengatakan: Dia berkata, “Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dan kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas yang kita ucapkan” (QS Al-Qashash [28]: 28).
2)      Al-Qashash : Ayat 28
ttA$s% šÏ9ºsŒ ÓÍ_øŠt y7uZ÷tur ( $yJ­ƒr& Èû÷,s#y_F{$# àMøŸÒs% Ÿxsù šcºurôãã ¥n?tã ( ª!$#ur 4n?tã $tB ãAqà)tR ×@Å2ur ÇËÑÈ

Artinya :
 Dia (Musa) berkata: "Itulah (perjanjian) antara Aku dan kamu. mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu Aku sempurnakan, Maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan".
b. Dahr digunakan untuk saat berkepanjangan yang dilalui alam raya dalam kehidupan dunia ini, yaitu sejak diciptakan-Nya sampai punahnya alam sementara ini.
Bukankah telah pernah datang (terjadi) kepada manusia satu dahr (waktu) sedangkan ia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut (karena belum ada di alam ini?) (QS Al-insan [76]: 1).
1)      Al-Insan: Ayat 1
ö@yd 4tAr& n?tã Ç`»|¡SM}$# ×ûüÏm z`ÏiB ̍÷d¤$!$# öNs9 `ä3tƒ $\«øx© #·qä.õ¨B ÇÊÈ
Artinya :
Bukankah Telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
Dan mereka berkata, “Kehidupan ini tidak lain saat kita berada di dunia, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan (mematikan) kita kecuali dahr (perjalanan waktu yang dilalui oleh alam)” (QS Al-Jatsiyah [45]: 24).
1)      Al-Jatsiyah : Ayat 24
(#qä9$s%ur $tB }Ïd žwÎ) $uZè?$uŠym $u÷R9$# ßNqßJtR $uøtwUur $tBur !$uZä3Î=ökç žwÎ) ã÷d¤$!$# 4 $tBur Mçlm; y7Ï9ºxÎ ô`ÏB AOù=Ïæ ( ÷bÎ) öLèe žwÎ) tbqZÝàtƒ ÇËÍÈ
Artinya :
Dan mereka berkata: "Kehidupan Ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.
c. Waqt digunakan dalam arti batas akhir kesempatan atau peluang untuk menyelesaikan suatu peristiwa. Karena itu, sering kali Al-Quran menggunakannya dalam konteks kadar tertentu dari satu masa. Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban kepada orang-orang Mukmin yang tertentu waktu-waktunya (QS Al-Nisa’ [4]: 103).
1)      An-Nisa’ : Ayat 103
#sŒÎ*sù ÞOçFøŠŸÒs% no4qn=¢Á9$# (#rãà2øŒ$$sù ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNà6ÎqãZã_ 4 #sŒÎ*sù öNçGYtRù'yJôÛ$# (#qßJŠÏ%r'sù no4qn=¢Á9$# 4 ¨bÎ) no4qn=¢Á9$# ôMtR%x. n?tã šúüÏZÏB÷sßJø9$# $Y7»tFÏ. $Y?qè%öq¨B ÇÊÉÌÈ
Artinya :
 Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
d. ‘Ashr, kata ini biasa diartikan “waktu menjelang terbenammya matahari”, tetapi juga dapat diartikan sebagai “masa” secara mutlak. Makna terakhir ini diambil berdasarkan asumsi bahwa ‘ashr merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia. Kata ‘ashr sendiri bermakna “perasan”, seakan-akan masa harus digunakan oleh manusia untuk memeras pikiran dan keringatnya, dan hal ini hendaknya dilakukan kapan saja sepanjang masa.
Dari kata-kata di atas, dapat ditarik beberapa kesan tentang pandangan Al-Quran mengenai waktu (dalam pengertian-pengertian bahasa indonesia), yaitu:
a.  Kata ajal memberi kesan bahwa segala sesuatu ada batas waktu berakhirnya, sehingga tidak ada yang langgeng dan abadi kecuali Allah Swt. sendiri.
b. Kata dahr memberi kesan bahwa segala sesuatu pernah tiada, dan bahwa keberadaannya menjadikan ia terikat oleh waktu (dahr).
c.  Kata waqt digunakan dalam konteks yang berbeda-beda, dan diartikan sebagai batas akhir suatu kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan. Arti ini tecermin dari waktu-waktu shalat yang memberi kesan tentang keharusan adanya pembagian teknis mengenai masa yang dialami (seperti detik, menit, jam, hari, minggu, Bulan, tahun, dan seterusnya), dan sekaligus keharusan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu-waktu tersebut, dan bukannya membiarkannya berlalu hampa.
d.  Kata ‘ashr memberi kesan bahwa saat-saat yang dialami oleh manusia harus diisi dengan kerja memeras keringat dan pikiran.[4]
b)     Mengatur Waktu dalam Islam
sering kali kita temui masih banyak orang yang masih belum dapat mengatur waktu dengan cara efisien sehingga mereka kesulitan dalam megatur jadwal yang tentunya sangat penuh dengan aktivitas dan juga kegiatan-kegiatan lainnya.
Masalah yang muncul dalam mengatur waktu adalah jika setiap hari kita memiliki kegiatan dan sulit untuk dikontrol, maka masalah akan muncul. Masalah yang muncul tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perencanaan yang tidak terorganisasi, tidak jelas, melenceng, tidak konsisten, tidak ada tujuan, dan kurang efektif dalam menggunakan waktu. Akan sangat membantu jika kita menuliskan beberapa masalah yang muncul dalam pengaturan waktu.[5]
Ada beberapa tips atau strategi yang dapat membantu kita dalam mengatur waktunya agar lebih berhasil dalam belajar dan beraktivitas
1.      Perhatikan kapan waktu luang yang dimiliki. Waktu luang yang dimaksud adalah waktu yang membebaskan kita dari segala aktivitas, kursus atau kegiatan lainnya.
2.      Tahu dan taat peraturan.
3.      Adanya rencana sehingga waktu tidak sia-sia. Karena di akhirat nanti akan di pertanyakan tentang waktu yang kita lalui di dalam kehidupan dunia.[6]
4.      Perhatikan kondisi kita yang paling fit untuk melakukan aktivitas.
5.      Buatlah jadwal untuk mengatur waktu baik itu waktu belajar dan juga akitivitas lainnnya yang akan dilakukan. Jagalah motivasi belajar dengan cara membuat target.
6.      Perhatikan kondisi tubuh. Kesehatan adalah segalanya. Karena itu, dalam membuat jadwal masukkan juga waktu istirahat.[7]
7.      Jangan terlalu lalai dengan waktu yang tersedia.
8.      Memperbaiki diri sesudah melakukan suatu pekerjaan.[8]
9.      Buatlah waktu untuk membaca materi pelajaran yang bermanfaat. Hal tersebut akan membantu ingatan jangka panjang.
10.  Setelah melakukan semua kegitan, maka sisakan waktu lima menit untuk mengevaluasi kegiatan Anda. Apakah sudah dijalankan sesuai jadwal atau sebaliknya.
11.  Isi waktu kosong dengan kegiatan yang bermanfaat.
12.  Menggunakan satu waktu untuk banyak kegiatan.
13.  Memilih waktu yang memiliki keutamaan. Misalnya waktu ibadah yang sangat banyak pahalanya seperti di bulan Ramadhan .
14.  Membagi waktunya dalam berbagai kegiatan.
15.  Ambil waktu istirahat untuk mengambil atau memulihkan tenaga.
16.  Mengerjakan pekerjaan tepat pada waktunya.
17.  Memilih amalan dan kegiatan yang bermanfaat bagi orang banyak.
18.  Menggunakan Waktu Yang Tersedia Untuk Menyelesaikan Sebuah Program.
c)      Tujuan Waktu dalam Islam
1.      Tujuan Waktu
Agar setiap manusia tidak menghabiskan waktunya dalam kerugian, kecuali bagi mereka yang memiliki kemampuan memanfaatkan waktu untuk itu ada  empat perkara:
·         Pertama, orang yang pasti beruntung : Orang yang setiap hari bertambah kekuatan iman dan keyakinannya terhadap kebenaran.
Seseorang yang tidak mengerti ama, linan, maka hidupnya benar-benar akan sia-sia.
·         Kedua : Ciri orang yang beruntung adalah mereka yang dapat memanfaatkan setiap waktunya menjadi amal shaleh.
·         Ketiga : Orang yang mendakwahkan kebenaran, Orang yang akan beruntung kalau dia menjadi contoh kebaikan. Orang yang meniru kebaikan kita, akan menerima pahala yang juga mengalir untuk kita.
·         Orang yang yakin bahwa setiap waktu yang dia jalani akan banyak menghadapi cobaan-cobaan, akan memiliki kesabaran dalam menegakkan kebenaran mereka. [9]
Dalam buku karangan Abdullah Gymnastiar tujuan waktu itu ialah:
·         Waktulah yang bisa menyelamatkan, bagi manusia yang menggunakannya untuk hal kebajikan dan waktu pula yang menggelincirkan manusia manakala ia menggunakannya untuk keburukan.
·         Waktu itu mengingatkan kita agar jangan sia-sia atau jangan sampai lupa akan hal yang ingin kita kerjakan.[10]
v  Disiplin Kerja
a)      Pengertian Kerja dalam Islam
Pengertian kerja dalam Islam dapat dibagi dalam dua bagian.
·         Pertama, kerja dalam arti luas (umum), yakni semua bentuk usaha yang dilakukan  manusia, baik dalam hal materi atau nonmateri, intelektual atau fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniaan atau keakhiratan. Jadi dalam pandangan Islam pengertian kerja sangat luas, mencakup seluruh pengerahan potensi yang dimiliki oleh manusia.
·         Kedua, kerja dalam arti sempit (khusus), yakni kerja untuk memenuhi tuntutan hidup manusia berupa makanan, pakaian, dan tempat tinggal (sandang, pangan dan papan) yang merupakan kewajiban bagi setiap orang yang harus ditunaikannya, untuk menentukan tingkatan derajatnya, baik di mata manusia, maupun dimata Allah SWT.
               Dalam melakukan setiap pekerjaan, aspek etika merupakan hal mendasar yang harus selalu diperhatikan. Seperti bekerja dengan baik, didasari iman dan taqwa, sikap baik budi, jujur dan amanah, kuat, kesesuaian upah, tidak menipu, tidak merampas, tidak mengabaikan sesuatu, tidak semena–mena (proporsional), ahli dan professional, serta tidak melakukan pekerjaan yang bertentangan dengan hukum Allah atau syariat Islam (al-Quran dan Hadits).
b)     Bekerja Dalam islam
Ø  Pertama, melakukan pekerjaan dengan baik.
Di dalam al-Quran Allah SWT berfirman:
"Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mu'minuun [23] : 51).
1)      Al-Mu’minun : Ayat 51
$pkšr'¯»tƒ ã@ߍ9$# (#qè=ä. z`ÏB ÏM»t6Íh©Ü9$# (#qè=uHùå$#ur $·sÎ=»|¹ ( ÎoTÎ) $yJÎ tbqè=yJ÷ès? ×LìÎ=tæ ÇÎÊÈ
Artinya:
51.  Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dalam Hadits Rasulullah saw bersabda:
"Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang di antara kamu yang melakukan suatu pekerjaan dengan baik (ketekunan)." (HR. Al Baihaqi).

Dalam memilih seseorang untuk diserahi suatu tugas, Rasulullah saw melakukannya secara selektif, di antaranya dilihat dari segi keahlian, keutamaan, dan kedalaman ilmunya. Beliau juga selalu mengajak mereka agar tekun dalammenunaikan pekerjaan.

Ø  Kedua, takwa dalam melakukan pekerjaan.
Al-Quran banyak sekali mengajarkan kita agar takwa dalam setiap perkara dan pekerjaan. Jika Allah SWT ingin menyeru kepada orang-orang mukmin dengan nada panggilan seperti "wahai orang-orang yang beriman," biasanya diikuti oleh ayat yang berorientasi pada kerja dengan muatan ketakwaan. Sebagai mana Firman Allah :

Al-Baqarah : Ayat 197
kptø:$# ֍ßgô©r& ×M»tBqè=÷è¨B 4 `yJsù uÚtsù  ÆÎgŠÏù ¢kptø:$# Ÿxsù y]sùu Ÿwur šXqÝ¡èù Ÿwur tA#yÅ_ Îû Ædkysø9$# 3 $tBur (#qè=yèøÿs? ô`ÏB 9Žöyz çmôJn=÷ètƒ ª!$# 3 (#rߊ¨rts?ur  cÎ*sù uŽöyz ÏŠ#¨9$# 3uqø)­G9$# 4 Èbqà)¨?$#ur Í<'ré'¯»tƒ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÐÈ
Artinya :
"keluarkanlah sebahagian dari apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu." "Janganlah kamu ikuti/rusak sedekah-sedekah (yang telah kamu keluarkan) dengan olokan-olokan dan kata-kata yang menyakitkan." "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwlah kamu kepada Allah. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (QS. Al-Baqarah [2] : 197).

Al-A’raf : Ayat 26
ûÓÍ_t6»tƒ tPyŠ#uä ôs% $uZø9tRr& öä3øn=tæ $U$t7Ï9 ͺuqムöNä3Ï?ºuäöqy $W±Íur ( â¨$t7Ï9ur 3uqø)­G9$# y7Ï9ºsŒ ׎öyz 4 šÏ9ºsŒ ô`ÏB ÏM»tƒ#uä «!$# óOßg¯=yès9 tbr㍩.¤tƒ ÇËÏÈ
Artinya :
Hai anak Adam, Sesungguhnya kami Telah menurunkan kepadamu Pakaian untuk menutup auratmu dan Pakaian indah untuk perhiasan. dan Pakaian takwa[531] Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat. (TQS. Al-A'raf [7] : 26).

Kerja mempunyai etika yang harus selalu diikutsertakan didalamnya, oleh karena kerja merupakan bukti adanya iman dan parameter bagi pahala dan siksa. Hendaknya para pekerja dapat meningkatkan tujuan akhirat dari pekerjaan yang mereka lakukan, dalam arti bukan sekedar memperoleh upah dan imbalan, karena tujuan utama kerja adalah demi memperoleh keridhaan Allah SWT sekaligus berkhidmat kepada umat. Etika bekerja yang disertai dengan ketakwaan merupakan tuntunan Islam.

Ø  Ketiga, adanya sikap baik budi, jujur dan amanah, kesesuaian upah, tidak menipu, merampas, mengabaikan sesuatu, dan semena-mena.
Pekerja harus memiliki komitmen terhadap agamanya, memiliki motivasi untuk menjalankan kewajiban yang telah di tentukan Allah, seperti bersungguh-sungguh dalam bekerja dan selalu memperbaiki muamalahnya. Disamping itu, mereka harus mengembangkan etika yang berhubungan dengan masalah kerja sehingga menjadi suatu tradisi kerja yang didasarkan pada prinsip agama.

Ø  Keempat, adanya keterikatan individu terhadap diri dan kerja yang menjadi tanggung jawabnya.
Sikap ini muncul dari iman dan rasa takut individu terhadap Allah. Kesadaran ketuhanan dan spiritualitasnya mampu melahirkan sikap kerja positif. Kesadaran bahwa Allah melihat, mengontrol dalam kondisi apapun, serta akan menghisab seluruh amal perbuatannya secara adil dan fair, kemudian akan membalasnya dengan pahala atau siksaan di dunia.

Allah SWT berfirman:
Al-Kahfi : Ayat 2
$VJÍhŠs% uÉZãŠÏj9 $Uù't #YƒÏx© `ÏiB çm÷Rà$©! tÏe±u;ãƒur tûüÏZÏB÷sßJø9$# z`ƒÏ%©!$# šcqè=yJ÷ètƒ ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ¨br& öNßgs9 #·ô_r& $YZ|¡ym ÇËÈ
Artinya :
2.  Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik,
 (QS. Al-Kahfi [18] : 2).
Kesadaran inilah yang menuntut untuk bersikap cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah, dan memiliki hubungan yang baik dengan relasinya. Dewasa ini sikap semacam itu telah banyak dilupakan orang. Hal ini disebabkan karena lemahnya komitmen terhadap agama dan kurangnya konsistensi terhadap ajaran–ajarannya. Oleh karenanya, harus diupayakan penanaman ketakwaan dalam hati dan jiwa manusia.

Ø  Kelima, berusaha dengan cara halal dalam seluruh jenis pekerjaan.
Rasulullah saw pernah ditanya tentang pekerjaan yang paling utama. Beliau menjawab : "Jual beli yang baik dan pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri ". (H.R Abu Ya'la).

Selanjutnya Rasulullah saw bersabda:
"Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Baik, mencintai yang baik, dan tidak menerima (sesuatu) kecuali yang baik dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang orang mukmin sesuatu yang diperintahkan kepada para utusan-Nya." (H.R Muslim dan Tirmidzi).
Ø  Keenam, dilarang memaksakan (memforsir) seseorang,
Semua harus dipekerjakan secara proporsional dan wajar, misalnya tidak boleh mempekerjakan buruh atau hewan secara zhalim. Termasuk didalamnya penggunaan alat produksi secara terus menerus. Rasulullah saw bersabda : "Sesungguhnya tubuhmu mempunyai hak atas dirimu."

Ø  Ketujuh, Islam tidak mengenal pekerjaan yang mendurhakai Allah.
Dalam bekerja tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam seperti memeras bahan minuman keras, sebagai pencatat riba, pelayan bar, pekerja seks komersial (PSK), Narkoba, dan bekerja dengan penguasa yang menyuruh kejahatan seperti membunuh orang dan sebagainya.

Rasulullah saw bersabda :
"Tidak ada ketaatan terhadap makhluk untuk mendurhakai Sang Pencipta." (HR. Ahmad bin Hambal dalam Musnad-Nya dan Hakim dalam Al Mustadraknya, kategori hadits shahih).

Ø  Kedelapan, kuat dan dapat dipercaya (jujur) dalam bekerja.
Baik pekerja pemerintah, swasta, bekerja pada diri sendiri, ataukah di umara, para hakim, para wali rakyat, maupun para pekerja biasa, atau para pedagang barang seperti beras; atau para petani dan para pekerja lainnya, mereka juga harus dapat dipercaya dan kuat, khususnya mereka mandiri dalam kategori terakhir.

Allah SWT berfirman :
"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."


Ø  Kesembilan, bekerja secara profesional (ahli).
Aspek profesionalisme ini amat penting bagi seorang pekerja. Maksudnya adalah kemampuan untuk memahami dan melaksankan pekerjaan sesuai dengan prinsipnya (keahlian). Pekerja tidak cukup hanya dengan memegang teguh sifat amanah, kuat, berakhlaq dan bertakwa, namun dia harus pula mengerti dan menguasai benar pekerjaannnya.

Umar ra. sendiri pernah mempekerjakan orang dan beliau memilih dari mereka orang-orang yang professional dalam bidangnya. Bahkan Rasulullah saw mengingatkan: "Bila suatu pekerjaan tidak diserahkan kepada ahlinya, makatunggulah kehancurannya." (al-Hadits).


c)      Ketentuan Bekerja Dalam Islam
Pekerjaaan merupakan suatu Ibadah, setiap hari kita melakukan atau melaksanakan pekerjaan. Ketentuan bekerja dalam islam adalah bekerja dengan baik. Meskipun lamban, lebih baik dari pada tergesa-gesa dan mengakibatkan kerusakan.
Ø  Bekerja dengan baik adalah hal yang vital dalam kehidupan pekerjaan dan syarat bagi orang yang menginginkan hari pekerjaannya sesuai dengan harapan.
Dalam sebuah hadist dikatakan, “Allah telah menetapkan kebaikan (Ihsan) dalam segala sesuatu. “ Ihsan kebaikan) Ahnya adalah Itgan (Menyempurnakan) dan Tajwid/Mengerjakan sesuatu dengan baik.
Ø  Menyempurnakan Pekerjaan.
Barang siapa yang menyempurnakan pekerjaannya dengan sebaiknya dan menyempurnakannya, maka dari pekerjaannya yang sempurna itu ia akan memetik hasil yang hanya akan diketauhi oleh orang-orang yang melakukan pekerjaannya dengan baik.
Ø  Tidak tergesa-gesa dalam bekerja jangan tergesa-gesa karena hasil yang ingin dicapai tidak dapat hasil yang memuaskan.
Manusia tidak akan ditanya tentang cepatnya pekerjaan tetap mereka ditanya tentang kebaikan dari pekerjaan itu.[11]

v  Disiplin Jujur
a.      Pengertian Jujur Dalam Islam
Pengertian dari beberapa buku:
             Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur tersebut. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya secara samar-samar. Berikut saya akan mencoba memberikan pemahaman sebatas mampu saya tetang makna dari kata jujur ini.
Ø  Pengertian Jujur : adalah, sebuah perbuatan yang tidak disertai dengan unsur keragu-raguan merupakan sahabat karib keikhlasan. Dalam kejujuran dan keikhlasan sama sekali tidak ada kecenderungan untuk menyimpang, karena sumber kejujuran dan keikhlasan adalah kebenaran.[12]
Ø  Jujur merupakan suatu kebenaran, kesetian dan ketulusan hati.[13]
Ø  Kejujuran merupakan bagian dari akhlak seorang muslim, yang menjaga dirinya. Barang siapa yang berlaku jujur, ia akan selamat didunia dan akhirat. Begitu juga sebaliknya barang siapa yang melalaikannya niscaya ia akan termpemalukan menjelang ajalnya tiba, da nmenjadi tanda yang tidak hilang sampai hari kiamat.[14]
Allah Swt memuji orang-orang jujur dalam memerintahkan orang-orang beriman agar senantiasa berprilaku demikian, dalam Qs.Attaubah, 119. [15]
At-Taubah : Ayat 119
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#qçRqä.ur yìtB šúüÏ%Ï»¢Á9$# ÇÊÊÒÈ
Artinya :  Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.

Ø  Jujur adalah salah satu sifat manusia yang utama dan memilikinya adalah kebajikan, yang menarik kepercayaan umum dan menjadikan orang-orang yang sesat maupun non muslim berbondong-bondong manusia lampu islam yang benderang. Sifat ini menciptakan masyarakat yang damai dan mendorong orang yang terus berjalan di jalan kejujuran untuk berkembang.[16]
Ø  Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Bila seseorang berhadapan dengan suatu atau fenomena maka seseorang itu akan memperoleh  gambaran tentang  sesuatu  atau fenomena tersebut. Bila seseorang  itu  menceritakan informasi tentang  gambaran  tersebut kepada orang lain tanpa ada “perobahan” (sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur.
Ø  Dalam karangan M. Q uraish Shihab mengatakan bahwa jujur itu adalah bisa juga dikatakan sebagai memberikan keterangan secara jelas dan benar. [17]



b.      Tuntutan Jujur Dalam Islam
Nabi menganjurkan umatnya untuk selalu jujur karena kejujuran merupakan dasar akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada akhlak tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi, “Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan.”
Kebajikan adalah segala sesuatu yang meliputi makna kebaikan, ketaatan kepada Allah, dan berbuat bajik kepada sesama.
Sifat jujur merupakan tanda sempurnanya keislaman, timbangan keimanan, dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Karena itu, orang yang jujur akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan. Kejujuran senantiasa mendatangkan berkah, sebagaimana disitir dalam hadist yang diriwayatkan dari Hakim bin Hizam dari Nabi, beliau bersabda,
“Penjual dan pembeli diberi kesempatan berfikir selagi mereka belum berpisah. Seandainya mereka jujur serta membuat penjelasan mengenai barang yang diperjualbelikan, mereka akan mendapat berkah dalam jual beli mereka. Sebaliknya, jika mereka menipu dan merahasiakan mengenai apa-apa yang harus diterangkan tentang barang yang diperjualbelikan, maka akan terhapus keberkahannya.”
Tuntutan Jujur itu secara umum.
-   Tuntutan Jujur  pada Allah, dengan mngerjakan semua yang diperintahka-Nya.
-   Tuntutan Jujur pada pribadi diri sendiri.
-   Tuntutan jujur pada orang lain.
Seorang yang beriman dan jujur, tidak berdusta dan tidak mengucapkan kecuali kebaikan. Berapa banyak ayat dan hadist yang menganjurkan untuk jujur dan benar, sebagaimana firman-firman Allah yang berikut.
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#qçRqä.ur yìtB šúüÏ%Ï»¢Á9$# ÇÊÊÒÈ
Artinya :  Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (Q.S. at-Taubah:119)
Al-Maidah : Ayat 119
tA$s% ª!$# #x»yd ãPöqtƒ ßìxÿZtƒ tûüÏ%Ï»¢Á9$# öNßgè%ôϹ 4 öNçlm; ×M»¨Yy_ ̍øgrB `ÏB $ygÏFøtrB ㍻yg÷RF{$# tûïÏ$Î#»yz !$pkŽÏù #Ytr& 4 zÓÅ̧ ª!$# öNåk÷]tã (#qàÊuur çm÷Ztã 4 y7Ï9ºsŒ ãöqxÿø9$# ãLìÏàyèø9$# ÇÊÊÒÈ
Artinya :
 Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya[457]. Itulah keberuntungan yang paling besar".(Q.S. al-Maidah:119)

Al-Azhab : Ayat 23
z`ÏiB tûüÏZÏB÷sßJø9$# ×A%y`Í (#qè%y|¹ $tB (#rßyg»tã ©!$# Ïmøn=tã ( Nßg÷YÏJsù `¨B 4Ó|Ós% ¼çmt6øtwU Nåk÷]ÏBur `¨B ãÏàtF^tƒ ( $tBur (#qä9£t WxƒÏö7s? ÇËÌÈ

Artinya :
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang Telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu[1208] dan mereka tidak merobah (janjinya), (Q.S. al-Ahzab:23)

Al-Muhammad : Ayat 2
šúïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä (#qè=ÏHxåur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#qãZtB#uäur $yJÎ tAÌhçR 4n?tã 7£JptèC uqèdur ,ptø:$# `ÏB öNÍkÍh5§   t¤ÿx. öNåk÷]tã öNÍkÌE$t«ÍhŠy yxn=ô¹r&ur öNçlm;$t ÇËÈ
Artinya :
Dan orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan Itulah yang Haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. (Q.S. Muhammad:21)
Nabi bersabda, “Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu, sesungguhnya kejujuran, (mendatangkan) ketenangan dan kebohongan, (mendatangkan) keraguan.[18]
c.       Pentingnya Belajar Jujur dalam Islam
Dari pembahasan tentang tuntuntan jujur tersebut dapat kita ketauhi betapa pentingnya kita belajar jujur. Karena dengan begitu orang pun akan percaya dan memberikan penghormatan kepada kita.
Berpegang erat pada kejujuran dalam segala situasi dan urusan merupakan tonggak utama untuk menegakkan Moralitas seorang muslim dan sebuah model yang paten untuk sebuah perilaku mulia. Begitu juga dengan masalah membangun sebuah Masyarakat Islam harus didasarkan pada upaya memerangi berbagai prasangka yang tidak jelas dan menjauhkan berbagai bentuk keraguan. Sebab hanya hakikat kebenaran saja yang berhak berjaya dan menang. Dan hakikat kebenaran itu harus selalu melekat pada semua bentuk interaksi sosial.[19]

d.      Cara Berlaku Jujur Dalam Islam
Ø  Berlaku jujur pada diri sendiri,
Berlaku jujur disini adalah kita selalu jujur terhadap diri sendiri, seperti:
ü  Jujur dalam ucapan.
ü  Jujur dalam tekad dan memenuhi janji.
ü  Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dengan amal batin
ü  Jujur dalam kedudukan agama. Ini adalah kedudukan yang paling tinggi, sebagaimana jujur dalam rasa takut dan pengharapan, dalam rasa cinta dan tawakkal. Perkara-perkara ini mempunyai landasan yang kuat, dan akan tampak kalau dipahami hakikat dan tujuannya. Kalau seseorang menjadi sempurna dengan kejujurannya maka akan dikatakan orang ini adalah benar dan jujur, sebagaimana firman Allah,
Al-Hujurat : Ayat 15
$yJ¯RÎ) šcqãYÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä «!$$Î ¾Ï&Î!qßuur §NèO öNs9 (#qç$s?ötƒ (#rßyg»y_ur öNÎgÏ9ºuqøBr'Î óOÎgÅ¡àÿRr&ur Îû È@Î6y «!$# 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqè%Ï»¢Á9$# ÇÊÎÈ
Artinya :
15.  Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar. (Q.S. al-Hujurat:15)[20]
Ø  Berlaku jujur terhadap orang lain, jujur dalam artian ini adalah sama hal nya sebagaimana kita berlaku jujur terhadap diri kita sendiri.














BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN                                          
            Seorang muslim profesional akan selalu berhati-hati dan memberikan perhatian penuh kepada penggunaan masa. Dia akan merasa kehilangan sesuatu yang paling berharga, jika dia kehilangan sepotong kecil dari waktunya tanpa sebuah makna. Selain kehilangan nikmat terbesar, juga merasa telah menyia- nyiakan hidupnya sendiri. Bukankah hidup itu hanya sebuah kumpulan detik ? berapa detik lagi jatah hidup kita yang tersisa ?
            Oleh karena itu, marilah kita selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Karena pepatah arab mengatakan bahwa waktu itu ibarat pedang, jika kita tidak memanfaatkanya dengan baik maka kita akan celaka.
Begitu juga dengan kejujuran, sangat si pentingkan dalam keseharian kita, karna pepatah mengatakan bahwa “ mulut mu adalah harimau mu”. Jika tidak dijaga maka kita akan celaka juga.



[2]  Syaikh  M. Nawawi. Menata Hati, Pikiran, dan Prilaku, ( Jakarta: PT Mizan Publika, 2004). Hlm 89
[3] Drs. Dwi Adi K, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, ( Surabaya : Fajar Mulya, 2001),.hlm 592
[6] M. Syamsi Ali, M. A. Dai Muda Di New York, (Jakarta : Gema Insani Press, 2007).hlm 196
[8] Abdullah Gymnastiar. 30 Hari Menjemput Berkah, ( Bandung : Khas MQ, 2005). Hlm 14
[9] Abdullah Gymnastiar. Aku Bisa, Manajemen Qalbu Untuk Melejitkan Potensi, (Bandung: Khas MQ, 2005). Hlm 81-84.
[10] Abdullah Gymnastiar. Jagalah Hati; Step by Step Manajemen Qalbu, ( Bandung : Khas MQ, 2005). Hlm 55.
[11] Musthafa al-Ghalayani. ABG Should Know; Pesan-Pesan Untuk Remaja, ( Jakarta: IKAPI,2004). Hlm 168.
[12] Syaikh Muhammad Al-Ghazali. Akhlak Seorang Muslim, (Jakarta: Mustaqim,2004). Hlm 80
[13] Drs Sudarso. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, ( Jakarta; PT Rineka C ipta, 2005). Hlm 42
[14] Dr. Muhammad Musa Asy-Syarif. Ibadah Qalbu; Pengaruh Dalam Kehidupan Kaum Mukmin, (Jakarta: PT Akbar Media Eka Sarana, 2005). Hlm 170
[15] Surat At-Taubah : 119
[16] Gulam Reza Sulthani. Hati Yang Bersih Kunci Ketenangan Jiwa, ( Jakarta: Pustaka Zahra, 2004). Hlm 175
[17] M. Qhuraish Shihab. Lentera Hati, (Bandung: Mizan, 1994). Hlm 350
[19] Gulam Reza Sulthani. Hati Yang Bersih Kunci Ketenangan Jiwa, ( Jakarta: Pustaka Zahra, 2004). Hlm 65

No comments: